Arunika, matahari terbit, menyambut kedatangan saya. Toraja bermandi cahaya matahari. Inilah perjalanan yang lama saya dambakan: bertualang di kawasan wisata alam yang memikat dan kuburan-kuburan purba yang memesona.
Kerbau-kerbau merumput di sawah yang padinya telah dipanen. Tongkonan, rumah-rumah adat Toraja, berbaris memunggungi langit. Lelah setelah semalaman terguncang di bus dikalahkan rasa syukur tiada terkira. Saya tiba juga di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, tepat ketika 2017 tersisa sepekan.
Hal pertama yang terlintas dalam pikiran saya bukanlah badan pegal atau otot linu, melainkan laptop dan kamera. Semalam keduanya ikut terlonjak-lonjak sepanjang perjalanan dari Makassar (Ibu Kota Provinsi Sulsel) ke Makale (Ibu Kota Kabupaten Tana Toraja).
Saya memang punya dua hobi. Bertamasya dan bercerita. Kedua hobi itulah yang mengantar saya kemari. Sudah lama saya penasaran ingin menyaksikan upacara pemakaman yang, konon, biayanya sering menyentuh angka miliaran. Menjelang 2018, mimpi saya terbayar tunai, lunas, dan tuntas.
Namun, jangan tuding Zenbook S ringkih dan rentan. Asus menjamin daya tahannya sekelas militer. Sertifikasinya apik, Military Grade MIL-STD 810G. Selain kebal saat terjatuh, juga tangguh dalam cuaca ekstrem seperti suhu sangat tinggi atau hawa amat rendah. Pendeknya, aman dan nyaman digunakan kapan pun dan di mana pun.
Bukan hanya itu. Varian Asus ini ditata dengan desain yang berbeda dari generasi sebelumnya. Desain Zenbook SÂ dilengkapi engsel Ergolift yang memungkinkan monitor dapat diputar dan dijadikan dudukan. Hasilnya keren. Mengetik makin nyaman. Aliran udara di bagian bawah juga menjamin laptop tidak mudah panas. Selain itu, lantun musik pun kian sedap di telinga.
Jangan ragukan tampilannya. Sangat milenial. Deep Dive Blue, misalnya, bak momen magis ketika sinar keemasan fajar menerangi langit biru pagi. Belum lagi laras warna kontras di sekitar tepiannya dengan tampilan berlian Rose Gold. Tenang ditenteng, senang dipakai.
Saya namai Zenbook S UX391UAÂ sebagai Si Gaul Ramping. Gaul karena desainnya trendi. Ramping karena bentuknya tipis. Gaul karena warnanya memukau, ramping sehingga ringan dipangku. Hanya saja, bukan Si Gaul Ramping yang kala itu menemani saya ke Toraja, melainkan kerabatnya sesama Asus. Mungkin kakeknya, mungkin eyangnya.
Sebagai perempuan yang suka bercerita lewat tulisan, kehadiran laptop sangat penting. Bagai stateskop bagi dokter, seperti senjata bagi tentara, atau laksana panggung bagi aktor. Tanpa laptop, saya kehilangan daya bercerita.
Saya beruntung karena laptop sehat dan baik-baik saja di dalam tas. Keputusan memilih Asus terbukti sangat jitu. Sekalipun bukan Si Gaul Ramping, produk Asus selalu "tabah menghadapi guncangan". Walaupun bukan Si Gaul Ramping, produk Asus "tahan banting sepanjang perjalanan".