Â
    Pengertian kebakaran menurut informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) merupakan suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita kehendaki, yang merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Peristiwa kebakaran merupakan resiko dasar yang paling umum terjadi dalam suatu objek tempat, baik bangunan tinggi seperti tempat perkantoran, mall, sekolah, rumah, ataupun tempat terbuka lainnya termasuk hutan.Â
    Sepanjang tahun 2023, dicatat oleh Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Provinsi DKI Jakarta, terdapat tidak kurang dari 2.286 peristiwa kebakaran di wilayah DKI Jakarta, dengan frekuensi kebakaran tertinggi terjadi di wilayah administrasi Jakarta Timur  sebanyak 573 kejadian, kemudian Jakarta Selatan 573 kejadian, ketiga wilayah Jakarta Barat 484 kejadian, Jakarta Utara 379 kejadian dan Jakarta Pusat 256 kejadian. Adapun rincian objek yang terbarakar yaitu bangunan perumahan sebanyak 637 kejadian, instalasi luar gedung480 kejadian, sampah 267 kejadian, tumbuhan 215 kejadian, lapak 40 kejadian, bangunan industri 32 kejadian dan lainnya 156 kejadian.Â
    Fakta statistik bahwa wilayah perumahan atau pemukiman di DKI Jakarta merupakan objek tertinggi terjadinya peristiwa kebakaran ini sangatlah miris. Karena wilayah pemukiman umumnya dihuni atau ditempati oleh banyak orang sehingga potensi korban jiwa peristiwa kebakaran lebih besar dari pada objek lainnya.  Tidak kurang dari 637 kejadian dalam kurun waktu satu tahun (2023) atau artinya tidak kurang terjadinya 1-2 kali kebakaran setiap harinya di pemukiman di Jakarta.Â
    Pada tanggal 8-9 Juli 2024, penulis berkesempatan mengikuti kegiatan edukasi dan sosialisasi potensi bahaya kebakaran, yang berjudul "Jelajah Jejak Batavia: Memahami Penanggulangan Kebakaran di Jakarta", yang diselenggarakan oleh Asia Pasific Alliance for Disaster Management Indonesia (A-PAD Indonesia/ @apadindonesia) bekerjasama dengan BPBD Provinsi Jakarta, serta Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Disgulkarmat) Provinsi DKI Jakarta. Dalam hal ini kami meninjau dari dekat salah satu wilayah pemukiman padat penduduk di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
    Â
Kondisi Pemukiman di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat
    Kecamatan Tambora terdiri dari 11 kelurahan yaitu: Tanah Saereal, Tambora, Roa Malaka, Pekojan, Jembatan Lima, Krendang, Duri Utara, Duri Selatan, Kali Anyar, Jembatan Besi hingga Angke. Tercatat tidak kurang dari 2.000 Kepala Keluarga tinggal di kecamatan ini . Kami meninjau dengan melakukan tur jalan kaki ke beberapa kelurahan termasuk Duri Utara, Duri Selatan, Krendang hingga Jembatan Lima.Tambora memang letaknya cukup strategis karena tidak terlalu jauh dari pusat penyangga niaga di wilayah Jakarta Barat seperti wilayah perbelanjaan termasuk Mall Season City. Karena itulah, banyak orang yang tinggal di wilayah ini. Di beberapa kelurahan khususnya di jalan raya jarak antara rumah penduduk yang satu dengan yang lainnya masih relatif lebar termasuk di kelurahan Kalianyar yang warganya menerima tawaran revitalisasi mengubah hunian lamanaya menjadi rumah deret, yang memiliki kondisi hunian dengan material yang lebih kokoh,  aman serta nyaman karena tidak terlalu berhimpitan dengan rumah lainnya.
Masih di kecamatan Tambora, berjalan lebih jauh, terasa sekali kepadatan penududuk di wilayah ini. Tidak sedikit rumah penduduk yang ada hampir tidak memiliki sekat pagar antar rumah satu dengan yang lainnya atau lapak rumah berhimpitan satu sama lain dan tidak sedikit yang menyewakan ruang rumahnya sebagai lapak untuk dihuni. Hampir seluruh pemukiman di wilayah ini terisi penuh dan lantai atas dari lapak rumah dibawahnya pun terisi oleh penghuni yang berbeda. Adapun jalan antara rumah tersebut relatif kecil sekitar 5-7 meter dan hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua. Dapat dijumpai tangga naik ke lantai dua yang tampak dari luar lapak rumah lantai bawah. Mayoritas penduduk di wilayah ini berprofesi sebagai pedagang.Â
Tambora selama ini dikenal menjadi salah satu objek terjadinya "arisan" kebakaran di DKI Jakarta, karena selain sangat padatnya jumlah penduduk yang menghuni pemukiman tersebut, bahan material rumah atau lapak disini terbuat dari bahan yang mudah terbakar ataubahan yang langsung menyala jika bersentuhan dengan api atau suhu tinggi di udara. Contohnya: kayu lapis, papan serta, kayu, kertas timah, juga Aluminium Composite Panel (APC). Sehingga tidak jarang nyala api yang belum teratasi cepat menyebar ke lapak atau rumah tetangga lainnya. Tidak jarang terjadi lagi, peristiwa kebakaran di kelurahan lain masih di wilayah Tambora. Oleh karena itu seringkali disebut dengan istilah arisan atau bergilir.