Sabtu pagi. Saya pergi ke kampus. Bukan untuk bermain atau untuk urusan lain. Tetapi untuk kuliah. Kuliah pengganti lebih tepatnya. Dan pada hari itu juga bertepatan dengan acara diklat dari salah satu UKM -Unit Kegiatan Mahasiswa- yang saya ikuti. Niat awal untuk kuliah pun berubah ketika melihat teman-teman rombongan bersiap untuk berangkat ke lokasi diklat yaitu Guci Alit, Lumajang. Padahal awalnya saya memang tidak berminat untuk mengikuti kegiatan tersebut, karena kondisi saya memang masih belum stabil, masih malas untuk beraktivitas, atau bahkan bepergian jauh. Namun ketika melihat semangat dari teman-teman, saya pun ikut bersemangat untuk berangkat. Setelah panjang lebar berdiskusi bagaimana jika saya jadi ikut, akhirnya disepakati bahwa saya akan naik motor berboncengan dengan ketua saya. Dan saya pun kembali ke rumah untuk menyiapkan peralatan saya. Batal kuliah. Dengan persiapan yang mungkin hanya sekitar 15 menit, berbekal kaos 2, celana pendek, celana tidur, alat mandi dan pelembab, serta mukenah yang hanya tertampung dalam satu tas ransel, saya pun nekat berangkat, sekitar pukul 10. Perjalanan menuju lokasi cukup panjang, juga melelahkan. Meski kena macet, kemudian berhenti sebentar untuk minum es, lanjut lagi berkendara. Cukup melelahkan juga. Karna lokasi yang menjadi tujuan berada di daerah dataran tinggi, sehingga ketika hampir sampai di sana, udara sejuk pun sudah mulai terasa. Dan ketika kesejukan sudah terhirup, segala lelah pun hilang. Begitu pula dengan penat. Sesampainya di lokasi sekitar pukul 12, saya pun langsung makan. Sudah lapar karena menempuh perjalanan yang cukup panjang dan terjal. Setelah itu, saya pun bersantai di teras penginapan. Sambil bernyanyi-nyanyi diiringi gitaran teman-teman. Istirahat asyik ini namanya. Hampir sore, ketika sedang asyik mengobrol, ada yang menawari untuk pergi ke lokasi air terjun yang letaknya berjarak 2 km dari penginapan. Pasti asyik nih, pikirku. Dan dengan semangat penuh saya pun mengajak yang lain untuk pergi kesana. Namun hanya ada dua motor. Akhirnya yang berangkat hanya 6 orang, dengan satu motor ditumpangi 3 orang. Saya berboncengan dengan Alin dan Ferly (dan saya duduk paling belakang :D), sedangkan motor yang lain ada Deny, Kak Husein dan Kak Abi. Tidak disangka, ternyata perjalanan menuju lokasi air terjun lebih terjal daripada perjalanan terdahulu. Jauh lebih melelahkan dan menyakitkan karna kaki yang terpaksa tergantung dari motor. Dan lebih parahnya lagi, kami yang satu motor ini tidak tahu arah harus kemana, ditinggal oleh rombongan motor yang lain. Hampir saja kami menyerah untuk melanjutkan perjalanan. Karna jalanan yang sangat sangat tidak mendukung, dan kondisi motor yang kurang baik untuk ditumpangi bertiga. Payah. Namun akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan sisa perjalanan karna kami tidak mau rugi. Perjalanan berlanjut dengan usaha dan tenaga yang masih membuat lelah. Tidak lama, kami pun menemukan lokasi air terjun yang dituju, dan, WAH, tidak sia-sia kami bersusah payah menuju kemari! Air yang segar dan pemandangan yang bagus membuat kami tidak merasa rugi datang kesini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H