Menyisakan duri, perih. Entah harus apa untuk mengobati getir ini. Menangis pun aku tak kuasa. Mungkin kalau bisa berdarah, hati ini sudah mati kehabisan darah.
Ingin aku keluar dari sini. Menghilang dari peredaran sejenak. Mengasingkan diri, hanya untuk menjernihkan pikiran.
(Sial, lagu yg sedang dimainkan malah bilang 'goodbye' mulu! Mengerti keadaan sekali!)
Kembali lagi pada keluhku.
Aku sebenarnya ingin mengikhlaskan yang telah terjadi. Namun sungguh berat. Merasa masih bisa bertahan dan dibina. Merasa masih mampu untuk melanjutkan perjuangan.
Tapi ketika ingat apa yang telah kamu lakukan dengannya, tentangnya, aku pun semakin perih. Semakin tersayat-sayat dengan dalamnya.
Entahlah. Entah. Entah. Dan entah!! Hanya ketidaktahuanku yang tersisa saat ini.
Air mata sudah cukup lama tertahan di pelupuk. Hanya menunggu jebolnya pembendung yang sudah semakin rapuh.
Hujan, cepatlah turun membasahi kering. Lalu keluarlah pelangi yang indah. Hanya berharap datangnya hujan lah yang dapat kulakukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI