Beberapa hari belakangan, kembali mencuat kelakuan oknum Pengayom masyarakat yang jauh dari kata taat. Semena mena menggunakan senjata, seolah merasa hakim di dunia. Menghilangkan nyawa semudah mengedipkan mata. Membuat frasa frasa yang sudah lagu lama lagi lagi mengudara 'aturan ada untuk dilanggar'. Kalau si penegak aturan saja begitu, apa kabar dengan kami masyarakat yang banyak tak tahu menahu.Â
Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita klik mengenai sindrom histrionic. Percayalah kompasianer, maknanya tak seunik kelihatannya. Ia adalah sejenis gangguan kepribadian di mana si empunya selalu berusaha menarik perhatian dan bereaksi berlebihan untuk hal apapun. Dramatisir adalah keahliannya. Aktor di atas aktor.Â
Nah, pertanyaannya, apakah memang para Pengayom masyarakat ini memang haus akan publikasi sehingga ada saja ulahnya? Ada yang menembak anak buah sendiri, ada yang narkoba, ada yang jadi tersangka pembunuhan, ada yang judi online, ada yang melakukan tindak kekerasan pada masyarakat sipil dengan dalih keamanan, dan yang paling baru penembakan terhadap siswa SMK. Kalau dilihat lihat, sudah macam artis yang kepo mencoba berbagai peran.Â
Jawabannya ada pada diri masing masing. Tepatnya oknum. Baik seseorang sebagai individu atau lembaga pasti akan berusaha menampilkan citra diri yang positif untuk menekan kepribadian dalam diri yang bertentangan dengan norma norma. Namun adakalanya, masalah masalah yang mengguncang batin menimbulkan gejolak untuk membuktikan eksistensi diri yang lebih. Di sinilah oknum hadir. Kenapa dinamakan oknum? Karena hanya segelintir yang berperan sebagai perusak suasana. Adakah bapak pengayom yang baik? Banyak! Namun jarang tersorot media. Ada yang memberikan. Les cuma cuma untuk anak anak kurang mampu, serta menghidupkan berbagai program sosial lainnya. Seiring dengan pengabdian diri terhadap negara.Â
Jadi sindrom histrionic bisa dimiliki oleh oknum dalam lembaga apapun. Mereka haus d akan validasi, ingin dianggap bereksistensi sehingga nantinya takkan tergilas oleh seleksi dan sukses. Tetap ada meski perannya bagai dekomposer dalam siklus rantai makanan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H