Hmmm, tagline-nya memang mempertanyakan ya, kompasioner, hanya saja nggak habis pikir gitu masalah rumah tangga satu ini selalu jadi cemilan enak ibu-ibu pas lagi marut kelapa, meras santan, atau giling cabe. Itu-itu mulu dari tahun ketumbar. Nggak bosen apa ya? Bukan ibu-ibunya, pelakunya itu lhooo. Emang nabi ada gitu nyontohin? Iya, Nabi memang mencontohkan, hanya saja bukan perselingkuhan, melainkan poligami. Beda lho, ya. Perselingkuhan mengandung asas kebohongan, sedangkan poligami mengandung asas kejujuran. Tolong bedakan ya para Adam. Jangan untuk menutupi dosa lalu seenak jidat mengambinghitamkan sunnah yang seujung kuku pun dirimua tak punya ilmu di dalamnya.
Sebagaimana dikatakan Allah dalam firman-Nya surat Al-Ahzab ayat 4, yang artinya: Allah tidak menciptakan dua hati dalam satu rongga. See? Satu hati hanya untuk satu rongga. Allah saja menekankan tak ada yang manusia yang punya dua hati, namun bagaimana bisa engkau yang bernama laki-laki bisa menjatuhkan hati berkali-kali di waktu yang hakiki? Paham Tuhan mana yang engkau mengerti jika benar seorang muslim? Bukankah nanti ujung-ujungnya, kau akan menyalahkan si orang ketiga sebagai dalih bahwa manusia tempatnya salah dan lupa? Oh, percayalah, bukan begitu konsepnya.
Manusia paling mulia sejagad raya, Nabiyyuna Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam, mencontohkan apa yang namanya kesetiaan. Ya, beliau memang melakukan poligami, namun sangat jauh berbeda dari apa yang dibayangkan akal pikiran orang awam. Nabiyyuna Muhammad menjaga kesetiaannya pada Siti Khadijah selama kurang lebih 25 tahun, namun sepeninggalnya barulah Nabiyyuna menikahi janda dan wanita-wanita tua. Dalam riwayat disebutkan para janda dan wanita tua ini dinikahi dengan niat untuk menyelamatkan harkat martabat dan kehormatannya sebagai wanita. Kelihatan kan bedanya? Kalau versi kalian itu, pasti untuk menyalurkan nafsu birahi yang tumpah-tumpah sepanjang waktu, makanya mencari yang bening dan lebih cantik. Memangnya mau dengan yang sudah janda, peot, dan tua? MANA MUNGKIN.
Laki laki adalah qawwam, pemimpin wanita yang harus bertanggung jawab untuk segala hal yang dibebankan kepadanya. Kalau bertanggung jawab dalam menata nafsu sendiri saja tidak bisa, anak dan istri yang Allah titipkan padamu akan berakhir bagaimana? Belajarlah untuk setia, karena semua ketidaksetiaan akan menemui karmanya sendiri. Allah saja tidak mau dipersekutukan, wajar toh manusia apalagi wanita juga tidak mau diduakan? Right?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H