Toxic relationship atau hubungan toxic sering kali terjadi khususnya bagi mereka yang menjalin hubungan tidak sehat dengan pasangannya. Hubungan yang sehat adalah yang memberikan dampak positif bagi kedua pihak, baik itu merasa termotivasi, menjadi lebih baik, dan masih banyak lagi.Â
Jika berbicara konflik di dalam suatu hubungan, itu adalah hal normal. Konflik menjadi 'bumbu' setiap hubungan dua manusia, bahkan lebih seperti grup pertemanan. Apapun masalah atau konflik yang ada, kedua pihak harus bisa membicarakannya baik-baik dengan kepala dingin, saling terbuka, dan saling mengerti satu sama lain. Hal ini dilakukan demi mendapatkan solusi bersama.Â
Berbeda dengan toxic relationship, hubungan tidak sehat ini justru dapat berdampak buruk bagi keadaan fisik maupun mental seseorang. Jika terus dijalani, satu pihak maupun keduanya dapat mengalami mental issues atau depresi, bahkan kematian.Â
Pada awalnya, kamu akan merasakan hubungan yang kamu jalani tidak bahagia, tertekan, lelah, hingga harga diri kamu terus menurun. Semua jenis  emosi yang terpendam atau sifat-sifat negatif yang kian hari bermunculan dapat mengubah hubungan menjadi toxic.
Tidak hanya dengan kekasih, toxic relationship juga bisa terjadi pada siklus pertemanan dan keluarga. Tentunya ini akan berdampak pada kesehatan mental dan pola pikir semua yang terlibat didalamnya.Â
Ciri-ciri Toxic RelationshipÂ
Idealnya, suatu hubungan harus dijalani dengan semua pihak yang saling mengasihi, menyayangi, dan menjaga satu sama lain. Namun, hubungan toxic biasanya tidak ada keseimbangan tersebut, dimana salah satu pihak akan mencoba untuk mendominasi pihak lain.Â
Banyak orang yang tidak menyadari hubungan yang mereka jalani sudah tidak sehat dan tergolong ke toxic relationship. Pada akhirnya, akan ada pihak yang tertekan, stress, hingga depresi. Hubungan seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Kenali ciri-ciri toxic relationship dibawah ini:
1. Kamu selalu DikontrolÂ
Tanda paling jelas dan bahkan bisa dilihat oleh orang lain adalah kamu yang selalu dikontrol oleh pasangan. Toxic relationship melahirkan pihak yang dominan dan selalu mengontrol pihak lainnya. Alhasil, apapun yang kamu lakukan semuanya harus atas seizin dia atau sesuai yang dia inginkan, walaupun tidak sesuai dengan diri asli kamu.Â
Pada awalnya, dia akan mengatasnamakan hati sebagai pembenaran dari sikapnya. Sifat manisnya mampu membuat kamu menuruti setiap perkataannya.
"Aku kaya gini karena aku sayang kamu"