Dua minggu setelah berakhirnya kegiatan saya sebagai volunteer di Media Press Center dalam Sea Games Ke-26, seorang teman menawarkan kembali untuk terlibat dalam suatu komunitas yang sangat menarik, yaitu Relawan Muda Indonesia (Yes, We Care!). Komunitas ini dibentuk dengan tujuan untuk mengajak pemuda-pemudi Indonesia untuk bersedia meluangkan waktunya dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial.
Volunteerism, atau jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia ialah “tindakan sukarela”, yang dapat dijelaskan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan tanpa mendapatkan imbalan dalam bentuk apapun. Well, bahasa kasarnya: “project thank you” :D Tapi saat ini sudah mulai ada pergeseran dalam istilah volunteer. Contohnya saja dalam acara Sea Games ke-26 ini. Meskipun status saya dalam acara tersebut adalah seorang volunteer, tapi saya dan teman-teman yang lain tetap dibayar untuk hasil kerja kami selama 13 hari. Bukan. Saya bukan mempermasalahkan pembayaran kami, tapi penggunaan istilah ‘volunteer’ -lah yang saya permasalahkan. Karena mungkin istilah freelance akan lebih tepat untuk digunakan. Sebenarnya ini hal yang simple, tapi sangat edukatif.
Pergeseran lainnya dalam pengertian volunteerism adalah ketika orang-orang berbondong-bondong melakukan tindakan sukarela ketika terjadinya bencana alam, atau pada bulan puasa, ketika banyak orang mengadakan acara Sahur on the Road, yang kemudian mulai menjadi lifestyle bagi beberapa orang dan komunitas.
Oleh karena itulah Komunitas Relawan Muda Indonesia (Yes, We Care!) dibentuk. Terdapat 2 tujuan dibentuknya komunitas ini. Pertama, untuk mengembalikan kembali definisi volunteerism kedalam pengertian yang sebenarnya. Karena, para relawan yang terdaftar sebagai ’sukarelawan’ dalam komunitas ini tidak menerima bayaran dalam bentuk apapun. Kedua, sebagai fasilitator, yang bertugas membantu para sukarelawan untuk melakukan aktivitas volunteerism mereka. Karena ternyata masih banyak orang yang berpikir bahwa untuk melakukan aktivitas sebagai sukarelawan bukanlah hal yang sangat mudah. Contohnya, jika seseorang ingin membantu di sebuah panti sosial, maka ia harus terlebih dulu mengunjungi kepala panti, atau yayasan yang bertanggung jawab terhadap panti sosial tersebut. Singkat kata, mereka harus berurusan dengan birokasi yang tidak terlalu disukai oleh setiap orang. Dalam ranah inilah Komunitas Relawan Muda Indonesia berperan.
Sasaran utama dari komunitas ini adalah anak muda (16-30 tahun). Kenapa anak muda? Jawabannya adalah bukan hanya karena anak muda merupakan generasi penerus bangsa, tetapi juga karena “anak muda” cenderung lebih tertarik untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang sifatnya bersenang-senang; nongkrong di 7eleven berjam-jam, clubbing, dan berbagai aktivitas lainnya yang semestinya bisa diisi dengan aktivitas lainnya yang lebih bermanfaat. Bahkan terdapat istilah baru untuk menggambarkan pemuda-pemudi tipe ini, yaitu hedonisme.
Bukan berarti menjadi penganut hedonisme adalah tindakan yang salah dan aktivitas nongkrong di 7eleven harus dihapuskan dari agenda sosial anda, tetapi, sebagai pemuda-pemudi, seharusnya kita lebih memperdulikan saudara-saudara kita yang lainnya yang masih belum beruntung.
Walaupun baru beberapa minggu bergabung dalam komunitas ini, tapi dapat saya jelaskan bahwa tujuan utama dari komunitas ini adalah untuk menumbuhkan rasa awareness atau kepedulian pemuda-pemudi Indonesia terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar mereka. Karena sebenarnya ada banyak sekali aktivitas volunteerism yang dapat dilakukan. Menyeberang jalan dan membantu membawa barang bawaan seorang yang sudah tua-pun dapat dikatakan sebagai tindakan kerelawanan.
So… do you care? Yes, We Care! :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H