Mohon tunggu...
Amelia Zahra Sabila
Amelia Zahra Sabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Reading a book

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penerapan Integrasi Islam dan Ilmu Sosial Humaniora: Meteorologi

14 Desember 2024   10:41 Diperbarui: 14 Desember 2024   10:41 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer dan fenomena cuaca, yang biasanya dianggap sebagai cabang ilmu eksakta dengan fokus pada analisis data dan prediksi berbasis teknologi. Namun, penerapan pendekatan integratif dari perspektif ilmu sosial dan humaniora menawarkan pemahaman baru yang lebih luas terhadap meteorologi. Dengan menggabungkan nilai-nilai epistemologi yaitu cara manusia memperoleh, memvalidasi, dan menggunakan pengetahuan. Ilmu meteorologi menjadi lebih relevan bagi kehidupan sehari-hari, baik secara ilmiah, sosial, maupun spiritual. Pendekatan ini mengintegrasikan tiga epistemologi utama: bayani, burhani, dan irfani.

Epistemologi Bayani, Burhani, dan Irfani 

1. Pendekatan Bayani

Pendekatan bayani menekankan pada pengumpulan data tekstual dan empiris. Dalam meteorologi, ini mencakup analisis data cuaca yang akurat untuk memahami pola cuaca dan iklim. Informasi ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kebutuhan, seperti perencanaan pertanian atau mitigasi bencana. Data berbasis bukti menjadi fondasi utama untuk pengambilan keputusan yang efektif. Terdapat dalam surah :

QS. Al-Baqarah: 164 "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."

Ayat ini mengajak kita untuk mengamati dan memahami fenomena alam sebagai tanda kebesaran Allah.

2. Pendekatan Burhani

Pendekatan burhani berfokus pada logika dan rasionalitas. Dalam konteks meteorologi, pendekatan ini mendorong penggunaan metode ilmiah untuk mendukung perumusan kebijakan berbasis data cuaca. Contohnya, analisis meteorologis dapat membantu pemerintah menyusun strategi mitigasi terhadap bencana alam. Dengan mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dan pemahaman sosial, pendekatan ini mampu menghasilkan solusi yang lebih efisien untuk mengatasi perubahan iklim dan fenomena cuaca ekstrem. Diterangkan dalam surah :

QS. Al-Mu'minun: 18 "Dan Kami turunkan dari langit air dengan ukuran tertentu, lalu Kami tempatkan di bumi, dan sesungguhnya Kami mampu menghilangkan air itu.

Ayat ini menunjukkan logika di balik siklus hidrologi, mengajak kita untuk memahami proses ilmiah yang terjadi.

3. Pendekatan Irfani

Pendekatan irfani berhubungan dengan aspek spiritual dan kesadaran moral. Dalam meteorologi, pendekatan ini mengundang masyarakat untuk merefleksikan hubungan mereka dengan lingkungan. Kesadaran akan dampak perubahan iklim dapat mendorong perilaku proaktif dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Pendekatan ini juga menekankan pentingnya nilai-nilai kolektif dan tanggung jawab moral dalam menghadapi tantangan iklim. Dijelaskan dalam surah :

QS. Al-Anfal: 24 "Wahai orang-orang yang beriman, jawablah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila ia menyeru kalian kepada apa yang menghidupkan kalian."

Ini bisa diinterpretasikan bahwa menyadari kekuasaan Allah dalam mengatur cuaca dan alam adalah bagian dari iman, mendorong kita untuk lebih bersyukur.

Aplikasi Integrasi dalam Kehidupan

1. Pengelolaan Bencana Alam

 Dengan memahami dampak sosial dari fenomena cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan, pendekatan integratif ini dapat membantu merancang strategi mitigasi yang lebih inklusif dan berbasis komunitas. Nilai-nilai lokal dan budaya masyarakat menjadi landasan dalam respons terhadap bencana. Dalam Al-Qur'an, Allah mengingatkan manusia untuk memahami tanda-tanda alam sebagai bentuk peringatan:

"Dan Dialah yang mengirimkan angin sebagai pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran." (QS. Al-A'raf: 57).

2. Pendidikan Cuaca dan Budaya: Integrasi humaniora dalam meteorologi memungkinkan pendidikan cuaca yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, mengenalkan pola cuaca lokal kepada petani untuk mendukung pengelolaan musim tanam. Selain itu, nilai-nilai agama dapat digunakan untuk mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari amanah manusia. "Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-bijian yang dapat dipanen." (QS. Qaf: 9).

Dengan integrasi tersebut, ketiga pendekatan epistemologi membuat meteorologi tidak hanya memiliki relevansi dalam bidang ilmiah, tetapi juga memberikan manfaat dalam aspek sosial dan spiritual. Penerapannya meliputi pengelolaan bencana alam yang melibatkan komunitas, pendidikan cuaca yang disesuaikan dengan konteks lokal, serta penguatan nilai budaya dan agama untuk mendorong perilaku yang lebih peduli terhadap lingkungan. Dengan pendekatan ini, manusia diajak untuk melihat fenomena alam sebagai bukti kebesaran Allah dan mengambil hikmah darinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun