Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer dan fenomena cuaca, yang biasanya dianggap sebagai cabang ilmu eksakta dengan fokus pada analisis data dan prediksi berbasis teknologi. Namun, penerapan pendekatan integratif dari perspektif ilmu sosial dan humaniora menawarkan pemahaman baru yang lebih luas terhadap meteorologi. Dengan menggabungkan nilai-nilai epistemologi yaitu cara manusia memperoleh, memvalidasi, dan menggunakan pengetahuan. Ilmu meteorologi menjadi lebih relevan bagi kehidupan sehari-hari, baik secara ilmiah, sosial, maupun spiritual. Pendekatan ini mengintegrasikan tiga epistemologi utama: bayani, burhani, dan irfani.
Epistemologi Bayani, Burhani, dan IrfaniÂ
1. Pendekatan Bayani
Pendekatan bayani menekankan pada pengumpulan data tekstual dan empiris. Dalam meteorologi, ini mencakup analisis data cuaca yang akurat untuk memahami pola cuaca dan iklim. Informasi ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kebutuhan, seperti perencanaan pertanian atau mitigasi bencana. Data berbasis bukti menjadi fondasi utama untuk pengambilan keputusan yang efektif. Terdapat dalam surah :
QS. Al-Baqarah: 164 "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."
Ayat ini mengajak kita untuk mengamati dan memahami fenomena alam sebagai tanda kebesaran Allah.
2. Pendekatan Burhani
Pendekatan burhani berfokus pada logika dan rasionalitas. Dalam konteks meteorologi, pendekatan ini mendorong penggunaan metode ilmiah untuk mendukung perumusan kebijakan berbasis data cuaca. Contohnya, analisis meteorologis dapat membantu pemerintah menyusun strategi mitigasi terhadap bencana alam. Dengan mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dan pemahaman sosial, pendekatan ini mampu menghasilkan solusi yang lebih efisien untuk mengatasi perubahan iklim dan fenomena cuaca ekstrem. Diterangkan dalam surah :
QS. Al-Mu'minun: 18 "Dan Kami turunkan dari langit air dengan ukuran tertentu, lalu Kami tempatkan di bumi, dan sesungguhnya Kami mampu menghilangkan air itu.
Ayat ini menunjukkan logika di balik siklus hidrologi, mengajak kita untuk memahami proses ilmiah yang terjadi.
3. Pendekatan Irfani