Pembangunan infrastruktur yang andal, berkelanjutan dan inklusif merupakan elemen penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya pada Sustainable Development Goals (SDGs) Indoenesia ke-9 yang mencakup pembangunan infrastruktur, industrialisasi berkelanjutan dan inovasi. Salah satu langkah besar Indoensia dalam mencapai SDGs Indonesia ke-9 adalah pengembangan infrastruktur jalan tol, termasuk ruas jalan tol Palembang-Lampung yang termasuk bagian dari Proyek Stategis Nasional (PSN) Trans Sumatra. Jalan tol ini telah memainkan peran penting dalam meningkatkan akses logistik dan mempermudah pengiriman barang bagi pemasok (supplier) terutama yang menggunakan moda transportasi darat, seperti bus dan truk.
Jalan tol Palembang-Lampung dibangun dengan tujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa tidak hanya dalam pulau, tetapi hingga antrpulau sebagai bagian dari jaringan tol Trans Sumatra. Sebelum jalan tol ini dibuka, perjalanan darat antara Palembang dan Lampung melalui jalan reguler menghadaoi banyak kendala, seperti  kondisi jalan yang sering mengalami kerusakan, kemacetan parah dan waktu tempuh yang panjang. Tentunya, situasi ini mengakibatkan proses distribusi barang menjadi tidak efisien dan mahal bagi pemasok (supplier) yang mengandalkan jalur darat untuk mengirimkan barang.
Namun, dengan beroperasinya jalan tol Palembang-Lampung, pemasok (supplier) dapat menghemat waktu perjalanan dan menghindari berbagai hambatan yang sebelumnya sering dijumpai. Sebagai contoh, jarak yang sebelumnya memakan waktu lebih dari 10 jam kini bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 6 jam. Dengan waktu tempuh yang lebih cepat, pemasok (supplier) dapat mengirimkan barang lebih cepat ke berbagai tujuan. Sehingga, mendukung kelancaran pemasokan dan memastikan ketersediaan barang di pasar dapat berjalan dengan lancar.
Selain itu, dalam pengiriman barang melalui jalur darat, biaya operasional menjadi faktor utama yang harus diperhitungkan oleh para pemasok (supplier). Semakinn lama waktu tempuh, semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan bakar, gaji sopir dan perawatan kendaraan. Dengan adanya tol Palembang-Lampung, biaya-biaya tersebut dapat ditekan sehingga menghasilkan efisiensi dalam distribusi barang.
Efisiensi ini memiliki dampak luas, terutama pada stabilitas harga barang di pasar. Ketika barang dapat tiba tepat waktu di tujuan maka pemasok tidak akan rugi. Sebaliknya, ketika barang terlambat beberapa jam saja bisa menimbulkan kerugian besar bagi pemasok (supplier). Selain itu, ketika biaya transportasi dapat ditekan, pemasok (supplier) tidak perlu menaikkan harga barang terlalu tinggi. Hal ini tentunya memberi keuntungan bagi konsumen karena harga barang tetap stabil dan terjangkau. Di lain hal, daya saing produk lokal pun meningkat, memungkinkan mereka (pemasok) untuk bersaing lebih baik di pasar yang lebih luas. Hal ini sejalan dengan salah satu target SDGs Indonesia’ Indonesia ke-9, yaitu mendorong infrastruktur yang efisein dan berkelanjutan untuk mendukung industri dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.Â
Pembangunan infrastruktur jalan tol Palembang-Lampung membuka peluang besar bagi industri lokal untuk berkembang. Akses jalan yang lebih cepat dan efisien memperluas produk-produk lokal di Sumatra. Terutama, seperti produk pertanian, hasil perkebunan dan berbagai barang konsumsi lainnya. Â Dengan adanya jalan tol, produk-produk ini bisa dengan mudah dikirim ke kota-kota besar lainnya di Sumatra, bahkan hingga ke pulau Jawa melalui pelabuhan Bakauheni.
Infrastruktur jalan tol juga memberika stimulus bagi inovasi dan investasi di sektor transportasi dan logistik. Jalan tol Palembang-Lampung, sebagai bagian dari Trans Sumatra, Membuka peluang investasi untuk berbagai sektor pendukung, seperti pusat logistik, layanan angkutan barang dan layanan pendukung lainnya. Beberapa perusahaan logistik juga mulai memperkenalkan layanan yang lebih cepat dan efisien di sepanjang jalur ini, bahkan dengan teknologi canggih untuk pemantauan pengiriman secara real-time. Dengan meningkatnya kebutuhan akan efisiensi logistik, jalan tol ini menarik investor untuk membangun pusat distribusi baru di sekitar daerah tol. Pusat distribusi ini berfungsi sebagai titik penyimpanan sementara sebelum barang didistribusikan lebih lanjut, yang dapat mempercepat rantai pasok.Â
Menurut bapak Syamsul salah satu pemasok (supplier) sayur dan buah-buahan dari Sumatera Barat sejak 2001, keberadaan jalan tol baru dari Jakarta ke Sumatera Barat telah menghemat biaya dan waktu hingga 30%. Dulu, sebelum adanya jalan tol, perjalanan pengiriman sayur dari Sumatera Barat ke Jakarta bisa memakan waktu hingga dua hari karena seringnya kemacetan di sepanjang jalur lintas. Kini, dengan adanya jalan tol Palembang-Bakauheni, waktu tempuh perjalanan berkurang. Sebelumnya, perjalanan dari Bakauheni ke Palembang saja bisa memakan waktu berjam-jam karena kondisi jalan yang kurang mendukung. Namun, setelah pembangunan tol, perjalanan menjadi lebih lancar dan cepat. Secara khusus, Pak Syamsul mengapresiasi jalur tol Palembang-yang menurutnya merupakan jalur paling aman.
Pak Syamsul juga menyampaikan bahwa waktu tempuh dari Palembang ke Jakarta kini sekitar 3,5-4 jam. Namun, untuk truk besar, waktu tempuh bisa mencapai 8 jam, dan untuk truk sedang, sekitar 5 jam. Efisiensi waktu ini berdampak besar pada pengiriman barang. Sebelum ada tol, keterlambatan pengiriman tidak menyebabkan kerugian, tetapi setelahnya, jika terlambat, ada penalti berupa pemotongan ongkos sebesar 25%. Berkat jalan tol, pengiriman barang menjadi lebih cepat dan tepat waktu, mengurangi risiko penalti.
Beliau juga mengatakan bahwa dahulu, jalur lintas timur menjadi jalur utama untuk mengangkut buah-buahan dari Sumatera Barat ke Jakarta. Jalur ini dipilih karena keamanannya dan kondisi jalan yang baik. Namun, sejak tol dibangun, jalur lintas timur semakin sering macet, sehingga kini kurang diminati. Pak Syamsul mengamati bahwa perkembangan jalan tol di Palembang-Lampung, terutama setelah 2021, jalan tol ini mempercepat waktu tempuh dan mengurangi risiko penculikan, menjadikannya pilihan yang lebih aman bagi para pengemudi truk.
Namun, Pak Syamsul juga mencatat adanya dampak negatif dari pembangunan tol ini, terutama bagi warung-warung kecil di sepanjang jalur lintas Sumatera. Warung-warung yang dulu ramai sekarang sepi karena berkurangnya lalu lintas, menyebabkan para pedagang kehilangan mata pencaharian. Secara keseluruhan, pembangunan tol berdampak menurunkan penjualan pedagang di sepanjang jalan lintas Sumatera, meskipun di sisi lain berdampak positif bagi sebagian besar masyarakat. Daerah yang sebelumnya ramai karena dilintasi jalur lintas Sumatera kini menjadi lebih sepi.