Uhuk...
Uhuk..
*atur suara*
Ehem...
APASIK KAKK!!!
Hahaaaaaa :))
Sedikit mendramatisir.
Karena cerita ini akan menjadi cerita yang sangat panjang dan sentimentil.Â
Perjalanan yang akan gue ceritain ini adalah tentang mimpi yang diaminkan semesta. Tentang langkah tertatih yang menuai ucapan terimakasih. Tentang kekuatan hati kami di atas Gunung Marapi.
***
2012 silam, film 5CM tayang di seluruh bioskop Indonesia. Film yang menyajikan keindahan Puncak Mahameru. Yang memotivasi seluruh anak-anak Indonesia ada di puncak-puncak terindah di Indonesia.Â
Tapi jauh sebelum film itu, gue udah bermimpi sangat lama untuk menginjakkan kaki di puncak gunung. Yang tentu saja sulit tercapai karena gue tinggal di daerah yang ga ada gunungnya. Yang semakin sulit tercapai karena waktu itu masih anak sekolahan dan belum punya uang sendiri untuk pergi ke mana-mana.Â
Tahunan berlalu.Â
Mimpi itu masih gue peluk erat. Gue percaya suatu hari nanti semesta akan mengaminkannya di saat yang tepat.
Dan saat itu tiba...
Desember 2017 kemarin, salah satu sahabat gue menjejakkan kakinya di Puncak Mahameru dan dia menghadiahi kami gantungan kunci, yang iseng-iseng gue masukin ke stories IG biar kekinian. Karena "panas" denger cerita serunya dia mendaki gunung, kita pun lagi-lagi iseng nyeletuk "NAIK GUNUNG BERTIGA YUK". Oke baik. Harus dipahami bahwa ini adalah omongan lalu dan keisengan semata, awalnya...
YANG TERNYATA JADI SERIUS! Hahahaa :))
Karena apa? Karena kita akhirnya nyicil beli peralatan gunung yang mahalnya buat dompet nelangsa kakkkk :((
Di awal 2018 kita udah mulai nyicil peralatan naik gunung. Ga mau dong yah karena cuma numpang beken doang biar keren foto-foto di puncak terus mengabaikan safety waktu naik gunung. Jadi peralatan umum kaya carrier, sepatu/ sendal gunung, tenda, sleeping bag, kompor, nesting, matras, dll bener-bener dipersiapkan dengan matang.
Gunung yang akan kami tuju adalah Gunung Marapi, Sumatera Barat.Â
Kenapa Marapi? Karena gunung ini pernah didaki salah satu dari kami dan menurut dia cocok untuk pemula. Letaknya yang di Sumatera Barat, cuma 1 jam perjalanan udara, membuat kami yang fakir cuti ini lebih mudah ke sana. Oke gear pendakian udah, gunung yang dituju udah, selanjutnya apa? Latihan fisik!
Nah ini sih yang agak-agak berat wkwkw
Karena yang harus dilawan penyakit M.
MALAS!
Malas mau jogging, males mau olahraga, males ajah pokoknya hahahaaa.
Tapi demi kebersamaan akhirnya kita komitmen olahraga bareng, biar semangat gitulah tsahhhh.
Januari berlalu...
Februari pergi...
Maret pun tiba...
Perlengkapan dan tiket pesawat udah kami kantongi. Tinggal berangkat!
Berdebar-debar nihhhhhhhh.
Tim yang awalnya cuma bertiga dari Batam, nambah satu orang. Jadinya kita berempat.
Kamis, 29 Maret 2018
Kami terjebak di drama pertama.
Pesawat kami yang seharusnya berangkat jam 16.45 delay.
Yhaaaa.
Kurang lebih delay sekitar 30 menit akhirnya kami berangkat juga.
Dan tepat di jam 19.00 kami berempat menginjakkan kaki di Bandara Minangkabau.
Here.
We.
Go.
Setelah duduk manjaaaaaaa di bandara hampir dua jam, kami dijemput dan langsung menuju kaki Gunung Marapi. Sungguh yah perjalanan malam di sana itu, dingin gaisssssssssss!
Bawa carrier di atas motor itu menyiksa :(
Harus nahan beban terus ngelawan angin.
Seketika gue butuh Dilan :(
Dilan tasku beraattttttttt wkwk
Sebelum di kaki gunung, kami berhenti di suatu tempat yang gue gatau sih apa namanya hahaha. Pokoknya kaya tempat ngumpul-ngumpul yang mau mendaki gitu. Kami sampe di sana tengah malam. Katanya masih harus nunggu beberapa orang lagi jadilah kita istirahat di sini. Baiklahhhh.
Jam setengah 4 subuh, kami sampai di kaki Gunung Marapi untuk melakukan registrasi sebelum pendakian dilaksanakan.
Bisa dibayangin?
Subuh...
Di kaki gunung...
Dinginnya gimana?
Yah begitulah bawaannya pengen minta dihangatin aja bhahahahaha :))
Tim kami sekitar 15 orang memutuskan naik ke BKSDA untuk ngecamp di sana malam ini sebelum menuju puncak keesokan harinya. Gue agak heran sih temen-temen yang lain ga ada yang pake jaket tebal padahal dinginnya udah ga karuan lagi. Dan 10 menit berjalan gue tau alasannya.
Karena jalur yang menanjak dan membuat tubuh jadi banyak bergerak, suhu badan pun naik.
YAH INTINYA SIH KITA KEPANASAN WKWKWK :)))))))
Yang tadinya dari bawah pake jaket, sarung tangan, dsb. dsb. dsb. Satu persatu lepas ampe tinggal kaos doang :))
Sampai di BKSDA kita langsung diriin dua tenda terus bobo lucuhhh.
Jumat, 30 Maret 2018
Baru sampai di sini, pagi-pagi mata udah dimanja dengan pemandangan yang aduhaiiiiiiii eloknya.
Ga asin. Tapi namanya ikan asin #nahlohÂ
Setelah sarapan kita bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke puncak di jam setengah 11 siang.
Perjalanan semakin berat.
Jalannya semakin menanjak.
Sesekali kami berhenti Â
Menarik napas dan siap melangkah lagi.
Dan salutnya buat temen-temen yang dari Sumbar, bener-bener warbiyasakk sih tenaga mereka, pada bawain tas kita-kita. Sungguh merasa berdosa akutu :(
"PAK MASIH JAUH GA YAAAAAAAAAAAAAA"
Yang akan mereka jawab dengan "Engga bu, dua tanjakan lagi. Semangat"
Kata-kata yang penuh tipu daya dan dusta :(
Sampai di cadas dengan sisa-sisa tenaga doang. Udah ga bisa ngomong lagi karna capek juga haus. Nafas juga makin sesak karna udah semakin tinggi dan dekat dengan puncak. Gue ketemu sama yang udah sampe di cadas duluan. Sedangkan temen-temen lainnya masih ada jauh di belakang.
Perjalanan dari cadas ke Tugu Abel seharusnya hanya membutuhkan waktu 45 menit sampai satu jam. Tapi dengan kemiringan kira-kira 45-50 derajat, terus bebatuan yang buat sering terpeleset. Berat :(
Ngeliat dari bawah dalam hati udah bilang "emang gue bisa ya?"
Ragu ama diri sendiri karna emang uda ga ada tenaga sama sekali hiksss
Tapi selalu ada aja teman-teman baik hati yang mengingatkan.
"Lihat ke jalan aja jangan liat ke atas, biar ga berat"
"Semangat dek dikit lagi puncak"
"Di atas lebih cantik tempat buat foto-foto, yuk"
Silih berganti teman-teman yang menyemangati dari belakang. Berhenti sebentar untuk meyakinkan hati. Bisa. Bisa. Bisa. Pasti Bisa.
bersambung..
----
Apakah gue dan teman-teman bisa sampai di puncak?
Apakah kita lebih memilih berhenti?
Apakah yang terjadi?
...
...
...
Sumber: AMELIASEPTA