Mohon tunggu...
Humaniora

Kuatnya Persahabatan

6 Desember 2015   17:55 Diperbarui: 6 Desember 2015   18:07 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Namaku sheina. Aku punya seorang sahabat yang begitu ku sayang sejak dulu. Ririn namanya. Kami sudah berteman sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama alias Smp.  Dan sampai kini kami duduk dibangku kuliah pun kami selalu bersama. Sekelas malah. Kalau menurutku selama hampir 7tahun saling mengenal.  Aku telah mengenal semua tingkah laku dan kebiasaan nya. Tapi aku salah.

Bermula ketika seorang pria tepat melintas didepan kami. Harus ku akui aku tertarik pada pria itu. Selain paras nya yang tampan,aura nya pun memancarkan sinar-sinar positif yang membuat ku terkagum padanya. Tanpa sadar aku mencubit ririn yang kebetulan memang berdiri di samping ku saat pria itu melintas. Dia terkejut. Aku tertawa. Dia memandang ku penuh tanya. Karna dia sahabat ku aku pun berbinar2 bercerita padanya tentang ketertarikan ku pada pria itu. Kulihat raut mukanya tanpa ekspresi.

Karna hatiku sedang melambung tinggi,  aku tak terlalu memikirkan tentang ekspresi itu. Waktu demi waktu kami lalui. Tak kelupaan tentang pria itu . Dia pun turut mengisi waktu kami. Tak jarang kami selalu berpapasan dijalan atau di kantin atau Dimana saja. Seiring perjumpaan kami. Rasa ini semakin menjadi-jadi. Setiap bertemu. Tap !! Rasanya jantung ini ingin roboh dari batangnya. Rasa yang dulunya hanya sekedar rasa kagum kini tumbuh menjadi cinta .  Aku selalu berharap bertemu dia.  Dan bisa berkenalan. Dan sampailah waktu itu. Mungkin dewi fortuna sedang memihakku. Kami berpapasan lagi.  Kali ini tak hanya sekedar tatap muka.

Dia mengukir senyumnya untukku. Hah!! Tak sanggup ku berkata-kata. Kubalas senyuman nya. Sejak itu hubungan kami pun mulai terjalin.  Hubungan yang sangat sederhana , namun begitu kusyukuri dan kunikmati.  Semakin hari kami semakin dekat. Oh iya, pria itu Rendi namanya. tak jarang kami membuat janji bertemu. Makan bersama. tak jarang pula aku mengajak ririn sahabatku untuk jalan bersama bertiga. Sampai tiba saat nya sesuatu terjadi. Sesuatu yang begitu menggoncang batinku. Sesuatu yang tak kusangka akan menghancurkan sisi indah hidupku.  Ketika itu aku ingin pergi ke toilet. Aku melewati beberapa kelas.  Dan sesampainya aku ditoilet betapa terkejutnya aku melihat beberapa mahasiswa berkerumun disitu.  Aku bertanya tanya.  Ada apa sebenarnya.  Semakin kulihat jelas.  Kulihat ririn.  Dia tengah menangis sejadi-jadinya disitu.  

Aku bingung.  Dia kenapa.  Batinku!  Kalaupun dia mempunyai masalah. Kenapa aku tidak tahu.  Dan kenapa dia terlihat begitu sangat terluka.  Karna penasaran.  Aku menghampiri mereka. Dan entah kenapa ketika mereka menoleh.  Tatapan-tatapan sinis yang kudapatkan.  Entahlah. Aku tak tau!  Kutanya pada ririn.  Apa yang sedang terjadi.  Namun apa yang kudapat.  Justru bentakan yang begitu memilukan dadaku.  Dia berkata: "sahabat macam apa kau.  Sahabat yang tak mengerti perasaan sahabatnya.  Sahabat yang menusuk sahabatnya sendiri.  Sahabat yang..  ah tak mampu lagi dia berkata.  Dia menangis,  meraung-raung.  Aku kebingungan.  Orang2 yang ada disitu pun tak ketinggalan memarahiku.  Membentakku. Mencaciku.  Aku bingung.  Apa salah ku?  Sampai akhirnya, baru aku mengetahui bahwa ririn marah perihal rendi.  Diawal jumpa pun dia sudah menaruh hati pada rendi.  Aku menyesali diriku.  Sahabat macam apa aku ini yang tak peka dengan perasaan sahabatnya sendiri. Aku terbaring lesu dikamar. Air pun mulai mengalir dari kedua sudut matau.  

Tak mampu lagi kubendung.  Dengan terisak.  Aku mengetik sms.  Meminta maaf pada sahabatku ririn.  Sahabat yang telah kujaga 7tahun lamanya.  Aku tak mau hanya karna seorang rendi,  persahabatan kami menjadi rusak.  Kuputuskan untuk menjauhi rendi.  Dan memperbaiki hubunganku dengan ririn.  Keesokan harinya,  dengan sangat penuh kesedihan dan sisa tangis yang masih tersisa di mataku. Aku berjalan menuju kelas.  Dan aku bertemu rendi dijalan.  Dia tersenyum.  

Dalam senyumnya kulihat raut kesedihan ririn.  Aku mengabaikannya dan berlalu.mungkin rendi bingung akan sifatku ini.  Aku tak peduli. Yang kuingin. Ririn sahabatku yang dulu, kembali kepadaku. Sampai dikelas aku bertemu ririn.  Dia tak melihat ku. Kulihat matanya sembab. Makin bertambah keperihan hatiku. Sampai kuliah selesai. Dia tak menggubrisku. Melihatku pun tak. Hatiku terasa perih.  

Kenapa sahabatku seolah olah menjadi musuhku. Waktu berlalu. Aku semakin frustasi.  Sampai akhirnya ririn menyapa ku. Senang sekali rasanya. Aku meminta maaf padanya.  Aku menangis karna tak kuasa menahan sedih. Namun, ririn menahanku. Dia berkata bahwa dialah yang harus minta maaf.  Dia egois. Dia mementingkan perasaannya sendiri. Kami berpelukan dalam tangis.  Aku berjanji akan menjadi sahabat yang selalu peka.  Dan aku berharap kejujuran dan keterbukaan terjalin dalam hubungan persahabatan kami. Aku akan menjaga mu sahabatku!! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun