Ada banyak buku bergenre self improvement sebenarnya yang ingin saya rekomendasikan kepada pembaca. Namun, kali ini saya akan mengulas  buku self improvement dahulu, ketiga buku ini sudah lama saya selesaikan. Membaca buku bertema pengembangan diri memiliki kesenangan tersendiri, sebelumnya saya sangat menyukai membaca buku bergenre fiksi alias cerpen dan novel bertajuk imajinasi hehe.
Usia emang tidak pernah bohong, ternyata mempengaruhi bacaan juga haha. Di usia 25 tahun ke atas kalian pasti terbiasa dengan bahasa quarter life crisis haha yaitu kondisi di mana seseorang merasakan kecemasan serta kegelisan terkait permasalahan hidup. Dimulai dari masalah pribadi, pertemanan, hubungan, sampai karier. Namanya juga hidup, selama napas menempel di dalam tubuh rasanya masalah tidak akan pernah pergi jauh dari diri kita. Tinggal memosisikan diri dan mengambil hikmahnya saja dari setiap permasalahan yang menghampiri, ambil sisi baiknya buang sisi buruknya.
Oke saya akan menilai 8 buku bergenre Self Improvement di bawah ini hasil ulasan saya dan rekomendasi kepada para pembaca.
- Selasa Bersama Morrie
- Buku ini termasuk memoar atau biografi singkat menjelaskan perjalanan seorang guru sosiologi bernama Morrie dan seorang mahasiswanya Mitch. Jika dijabarkan lebih rinci, buku ini berkisah tentang sisi lain kehidupan seorang dosen yang mengalami fase di akhir  hayatnya menemukan kebahagian lain. Di mana waktu-waktu yang dipakai sebelum tutup usianya, Moriie menjadi mahaguru yang sangat dikagumi oleh para mahasiswanya terutama Mitch, dipertemukannya kembali sebelum akhir hayatnya, Mitch bisa menemani di masa hari-hari terakhirnya sang guru menghembuskan nafas terakhir. Dari ulasan yang saya ambil hikmah setelah selesai membaca bukunya ialah, kondisi masa tua seseorang yang membutuhkan teman untuk berkeluh kesah, mendengarkan ceritanya di masa tua. Terlebih sang guru ini dosen sosiologi favorit para mahasiswa, ibaratnya seseorang di akhir masa tuanya menemukan waktu dalam berdamai dengan diri sendiri. Dari buku ini kita sadar, seiring waktu berjalan dan jauhnya jarak akan ada stuasi menjadi dinginnya komunikasi antarmanusia.
- Mindset karya Carol DwekÂ
- Penjelasan buku ini terkait beberapa pandangan terkait mindset, bahwa mindset dibedakan atas 2 kategori yaitu growth mindset dan fixed mindset. Segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan keyakinan penuh akan berkaitan dengan growth mindset, yaitu pola pikir yang terus bertumbuh. Bagaimana cara mengatasinya dan menemukan solusi untuk menyelesaikan segala konsekuensi yang ada. Intinya, seberat apapun hal yang akan dilakukan dan dipilih di pandangan mata. Jika seseorang tersebut memiliki growth mindset maka akan terasa mudah bukan malah menjadi sulit, atau bahkan kesulitan.
- Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat karya Mark Manson
- Buku ini berwarna orange dengan sampul depannya, buku terjemahand dari buku Bahasa Inggrisnya yang berjudul The Subtle art of Not Giving a Fuck. Memiliki judul yang sangat panjang ya. Dalam penjelasan buku ini menyampaikan kepada pembaca bahwa setiap masing-masing individu berhak untuk Bahagia. Takaran kebahagiaan setiap orang yang tidak bisa kita prediksi dan tentukan ini yang memang kadang berbeda dengan sebagain individu lainnya. Lalu, sebagai manusia yang hidup bermasyarakat/ bersosial mungkin kerap kali ini menemukan perbedaan pendapat dalam mengajukan usulan. Nah, di buku ini menyampaikan bahwa kita berhak mengabaikan pendapat-pendapat yang mungkin tidak terlalu penting bagi kita. Beberapa pertanyaan yang masih dapat di-skip cukup diabaikan saja. Memfokuskan pada hal penting yang dapat menumbuhkembangkan pencapaian yang membuat kita menjadi bahagia.
- Good Bye Things : Hidup Minimalis ala Orang Jepang karya Fumio Sasaki
- Berawal dari kisah hidup penulisnya bernama Fumio Sasaki, awalnya penulis merupakan seorang yang hidup amat maksimalis menjali kehidupan di usia lajangnya. Kehidupannya amat dekat dengan kehedonan atau sikap belanja yang impulsif dalam mengumpulkan barang-barang di kediamannya yang akhirnya menjadi sumpek dan penuh. Sikap kesadaran itu pun muncul dari penulis sendiri karena berpikir, saat ia Kembali dari rutinitas pekerjaan lalu pulang ke apartemen melihat sekelilingnya sangat penuh dengan barang-barang yang sudah dibeli hanya karena tidak memikirkan fungsinya terlebih dahulu. Lambat laun, penulis pun merasa sesak dan sumpek dengan barang-barang yang telah dibelinya. Hingga akhirnya penulis mengubah paradigma yang ada, sejak saat itu Fumio Sasaki berpikir ulang dengan tujuan hidupnya. Di buku ini menyampaikan kepada pembaca bahwa dengan memiliki sedikit barang, akan lebih fokus untuk beraktivitas lainnya dan sedikit pun pengeluaran dalam perawatannya. Bahwa tidak semuanya kebahagiaan hidup dipandang dari banyaknya barang yang dimiliki dan bahagianya hidup tak selalu semahal apa barang yang dipakai.
- How to Master Your Habits karya Felix Siaw
- Sesuai dengan judul bukunya, buku karya Ust Felix Siaw ini membahas tentang kebiasaan yang akan mengubah masa depanmu lebih cerah dan tertata. Buku motivasi yang bukan hanya sekadar motivasi. Namun, menyelipkan informasi islami di dalamnya. Pentingnya sebuah habits yang dilakukan saat kecil maka akan berpengaruh kepad aaktivitas yang dilakukan saat ini. Keputusan-keputusan yang diambil dengan pertimbangan matang, maka akan menyelamatkan dengan keburukan yang sangat kecil. Habits sangat penting karena Sebagian aktivitas kita yang lakukan adalah sebuah kebiasaan yang mungkin dahulunya sulit sekali untuk membiasakannya.
- Filosofi Teras karya Henry Manampiring
- Sebelum membaca buku ini saya belum paham caranya mengolah perasaan overthingking, perasaan berlebihan terhadap sesuatu. Buku motivasi yang satu ini cocok untuk generasi Milenial dan Generasi Z untuk menjalani hidupnya dengan lebih Tangguh dan tahan banting. Baik menjalani kehidupan peribadi sosialnya, maupun di lingkungan pekerjaan. Saat membaca buku ini kita akan menemukan kosakata yang kerap seali dekat dengan filsuf Yunani dan Seneca. Dalam Bahasa Yunani teras yang berarti pilar disebut sebagai "Stoa". Dari sinilah lahir istilah Stoisisme, yang kini diterjemahkan menjadi filosofi teras. Stoisisme sering disalahartikan sebagai sikap pasrah dengan keadaan yang menimpa. Padahal, ini tidak sama dengan proses menerima atas keadaan yang tidak bisa kita kendalikan. Dalam Filosofi Teras, ada 2 tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan pertama. Pertama adalah hidup bebas dari emosi negative seperti sedih, marah, cemburu, curiga, hingga baper. Tujuan kedua pembaca akan diajak untuk menentukan hidup sebaik-baiknya layaknya manusia. Semuanya dimulai dari proses pengambilan keputusan, bersikap adil, dan jujur.
- Berani Tidak Sukai karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
- Buku ini menyampaikan kepada pembacanya agar tidak dikendalikan oleh masa lalu. Di mana di dalam buku ini akan dipaparkan teori psikologi dari Adler yang menjelaskan bahwa trauma secara defintif tidak diterima dan jelas hari ini bertentangan dengan pandangan psikologi Freud yang menganggap bahwa "luka batin" seseorang merupakan diakibatkan dari trauma yang dialimnya.
- Saat membaca buku ini kita akan menemukan beberapa penggalan percakapan antara pasien dan konselornya dalam bentuk tulisan yang singkat berkaitan dengan kecemasan-kecemasan yang dialami. Buku ini menyampaikan bahwa kebahagiaan dapat dimulai dari cara kita mencintai diri kita sendiri. Kita akan jauh lebih "kebahagiaan" jika kita terlalu focus dalam mengagumi orang lain dan kehidupannya dan ingin memiliki kehidupan seperti orang tersebut.
- Ambivert karya Arshy Mentari
- Setelah selesai membaca buku ini saya dapat menrik kesimpulan ialah bahwa muda hanya sekali, menjadi tua itu pasti. Artinya saat anak bertumbuh menjadi remaja kemudian dewasa dan menua. Begitu banyak peran yang dijalankannya dalam kehidupan, membuatnya menjalani dua wajah atau lebih yang tidak jarang serupa dua arah yang berlawanan.
- Melalui tokoh Aku, penulis menganalogikan sebagai seorang anak perempuan dari golongan masyarakat umum yang mengalami kedilemaan. Kita kenal sebutannya sekarang ini Quarter Life Crisis (QLC) kecemasan yang kerap muncul di usia rentang akhir 20-an menuju usia 30 tahun. Rasa khawatir itu kerap muncul dapat disebabkan dari kecemasan terhadap hubungan social, privasi, dan karier.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H