Satu September
Satu September yang layu penuh kelabu
Ketika seorang guru masuk dan berbincang
Bahwa dari sekarang kita harus punya ancang-ancang
Agar esok tidak pincang
Agar hari depan tidak terancam
Satu September yang layu bagai waktu
Ketika ia datang dan menasehati
Memberi jalan agar kita tidak mati
Mati karena menabrak tembok kehidupan
Mati karena kehabisan jalan
Mati karena terseok di persimpangan masa depan
Satu September yang layu layaknya hal tabu
Yang memandang penuh kuyu
Dengan topeng berlapis-lapis
Sedang hati menangis pilu
Dengan tangan mengais-ngais
Walau tak ada satupun tembok yang terkikis
Satu September, oh satu september!
Batin ini menjerit pilu
Termakan sembilu dari hulu
Yang menghujam bersamaan pada satu waktu
Katakan padaku Satu September
Bagaimana bisa aku berjalan
Sedang kaki terpasung semalaman
Sedang mentari yang dinanti tak juga terbit
Sedang masa depan telah lari terbirit-birit
Katakan padaku Satu September
Jalan apa yang kau punya
Agar semua tak lagi terlihat fana
Agar semua menjadi nyata
Agar teraih semua mimpi dalam jiwa
Katakan padaku Satu September
Bagaimana caranya
Mencabik jiwa yang tak berdaya
By: A T
-Hidup adalah hidup, tetap harus dijalani walau seakan membunuh diri sendiri-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H