Jika saya, menghindari "bahasa kode - kode', hal ini membuat komunikasi antara suami dan istri terkesan hanya satu arah saja. Si istri sudah kadung dongkol karena suami gak mudeng dengan kode yang berikan oleh istri, istri jadi menuntut suami agar lebih perhatian. Padahal menurut hemat saya, laki - laki adalah mahkluk yang lempeng , hanya ada putih dan hitam, tidak ada abu - abu. Sedangkan wanita, hitam - abu - abu - putih. Lain di mulut , lain di hati, hehehe... Komunikasi sangatlah penting dalam hal apapun, bukan hanya dalam percintaan suami dan istri saja, tapi dalam hubungan dengan teman dan keluarga.
- Tidak banyak menuntut terhadap pasangan (suami) dan saling memahami.
Hal yang sekian lama saya pelajari sendiri dalam kehidupan berumah tangga adalah, tidak banyak menuntut terhadap suami, contoh nya, jika suami bukan tipe orang yang gemar memberikan hadiah, maka hindari menuntut dan memaksa suami untuk berubah secara mendadak menjadi bukan diri nya sendiri. Hal ini hanya akan memantik stress dalam hubungan rumah tangga, penulis pernah merasakan sendiri situasi seperti ini, yang mana hanya membuat kita tidak menerima pasangan kita seutuhnya, dan, malah justru membuat renggang hubungan suami istri.
Daripada berharap suami akan mengadiahkan kita sesuatu, alangkah baik nya jika kita mencari tahu apa yang membuatnya enggan melakukan effort tersebut, atau, nggak ada salah nya jika kita, sebagai seorang istri memulai memberi hadiah duluan?, mungkin saja nanti nya ia akan 'tertular' kebiasaan baik ini, sehingga kita lebih tenang dan tidak berpikiran negatif atas pasangan kita sendiri.
- Menjaga penampilan di depan suami.
Menurut hemat saya, suami berhak mendapatkan apa yang seharusnya ia dapat, seperti contoh nya, penampilan terbaik istri nya sendiri. Tentu nya, ketika suami lelah pulang dari kantor, pulang ke rumah mendapati istri nya yang cantik, rapih dan wangi, aduhaii alangkah bahagia hidup nyaa, hehe.. Â tentunya berbicara tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Terkadang pekerjaan rumah dan anak yang menyita waktu, membuat istri tidak berhias diri ketika suami pulang. Jaman anak saya masih bayik begini, boro - boro pake gincu, mau makan aja susaah, hehehe.... walaupun suami gak banyak nuntut soal penampilan, bukan berarti keadaan baik - baik saja, bisa aja ia sebetulnya menginginkan sesuatu dari istri nya , tapi lebih memilih untuk berdamai dengan keadaan. Jangan sampai suami malah memendam perasaan dan tidak mendapatkan apa yang ia mau , malah nyari pelampiasan yang lain, bahaya kan?.
- Deep Talk, bicara dari hati ke hati.
Kesibukan suami dan istri membuat komunikasi jadi berkurang, emang agak sulit ngobrol - ngobrol mesra ketika memiliki anak yang masih kecil - kecil, karena sang ayah di dominasi oleh celotehan anak yang lucu - lucu, jadi si ibu sedikit 'bersaing' dengan anak - anak, waktu yang tepat ketika anak - anak sudah tidur atau jadwal mereka nonton youtube. Kalau gak begini, kapan lagi?.
Alangkah bijak nya , waktu yang berkualitas ini di manfaatkan untuk ngobrol apa aja , bisa seperti menjadi pendengar suami ketika curhat masalah politik di kantor nya, wah justru jika suami sudah bercerita tentang konflik di kantor nya, artinya ia sudah sepenuh nya nyaman dan percaya dengan istrinya, justru moment ini harus di manfaatkan.
Bagi saya yang menjalani hubungan jarak jauh dengan suami, ngobrol berkualitas berjam - jam saja sudah lebih bermakna ketimbang jalan - jalan karena minim ngobrol, malah dominan capek nya. Bahagia itu sederhana kan bu?, hehe...
- Jangan malu untuk bucin (sedikit posesif) sama suami sendiri.
Nah, jangan malu untuk bucin (sedikit posesif) dengan suami, manja, mesra dan godain terus suami nya buuun.... bun, di luar sana perempuan - perempuan agresif, terlebih yang belum menikah (gak semua loh ya, hehe). Apalagi ibun sebagai istri sah harus lebih agresif dan menggoda suami sendiri, betul gak?, hehe... sedikit cemburu, juga enggak ada salahnya, tapi semua kembali ke karakter masing - masing suami yaa....
Intinya, di era sosial media ini, dimana headline berita yang lebih di dominasi oleh hal - hal yang viral , dan ini gak bisa di atur oleh siapapun, beda di jaman era 90 - an, perselingkuhan dan isu isu pelakor sangat tabu untuk di ekspos. Peran sosial media menurut saya juga menjadi andil , entah sebagai 'hukuman' bagi yang ketangkep basah atau bahkan berita - berita seperti Aden Wong - Tisya Erni - Amy, tau kisah nyata Ipar Adalah Maut dan Layang - layang Putus, malah bikin emak - emak parno, overthingking, dan curiga sama pasangan masing - masing. Semoga saja tidak ya bu, tapi lebih kepada introspeksi diri antara suami dan istri yang justru akan menambah kemesaraan dan keharmonisan kehidupan berumah tangga, dan pentingnya menjaga komunikasi sebagai kunci kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan, keluarga dan pertemanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H