Saya memiliki kenangan yang berarti dengan Pramuka ketika sekolah dasar dahulu. Kelas 4 sampai kelas 6 sekolah dasar saya ketika itu mengadakan kegiatan rutin Persami di Cibubur. Kegiatan pramuka ini di lanjut di jenjang SMP karena saya bersekolah di sekolah yang sama. SD dan SMP Muhammadiyah Limau - Jakarta Selatan.Â
Dulu kegiatan pramuka, di selenggarakan di luar sekolah. Di Cibubur. Tidak seperti sekolah sekarang , kegiatan kemping malah di lakukan di area sekolah. Hal ini kurang mengajarkan anak untuk belajar bertahan hidup di alam.Â
Ketika Persami, saya di ajarkan sandi morse - Pramuka, mendirikan tenda, belajar membuat tandu, belajar membaca arah mata angin (kompas), Â jurit malam adalah kegiatan terseru, kegiatan semacam outbond, wah seruuu deh. Anak sekolah dasar sekarang ini sayang nya gak merasakan betapa seru nya jurit malam. Ketika itu saya di bangunkan dini hari jam 2 pagi. Untuk mencari jejak teka - teki yang harus di temukan dan menghasilkan jawaban teka teki tersebut yang di berikan oleh pembina. Seru deh.Â
Bentuk kegiatan Pramuka juga seperti LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa). Bagian seru lain nya, ketika siswa tidur di tenda dan belajar mendirikan sebuah tenda, tanpa di bantu oleh orang dewasa. Jadi tenda bukan yang sudah jadi tinggal masuk. Tapi cara mendirikan tenda bersama teman satu kelompok.
Satu tenda terdiri dari kelas di level yang sama namun di campur dengan siswa kelas lain, sehingga saling kenal satu sama lain walaupun beda kelas. Selain itu belajar tali temali. Yang masih terbesit di ingatan saya adalah, fasilitas kamar mandi Persami Cibubur yang menakutkan. Kurang bersih. Hal ini membuat enggan mandi. Namun , siswa tetap harus mandi. Sesuai aturan. Mandi pun di jatah 5 menit per orang. Kurang lebih seperti latihan. semi militer.Â
Manfaat yang di dapat sangat banyak dan berkesan. Selain belajar sandi morse, tali temali, membangun tenda, jurit malam dan outbound, semua nya seru dan berkesan, walaupun kamar mandi yang horor. Setelah sekolah dasar, saya mendapat lagi kegiatan LDKS ketika usia pra kerja. Karena saya sebagai peserta pendidikan agama di Al Azhar Pusat. YISC nama nya.Â
Selain belajar menuntut ilmu, ada kegiatan LDKS yang di selenggarakan lembaga pendidikan dengan tujuan melatih dan merekrut calon bibit pemimpin di angkatan berikut. LDKS ini di selenggarakan di Puncak , Bogor.
Kegiatan ini benar - benar seru dan berkesan. Salah satu yang saya ingat ada kegiatan outbound, trekking menuju air terjun. Kegiatan outbound ini melatih keberanian. Seperti terjun dari tebing menuju sungai, berenang di sungai. Semua peserta harus melakukan ini untuk menguji nyali dan keberanian. Selain kegiatan fisik, ada kegiatan seperti diskusi terbuka untuk memancing ide - ide dan kreatifitas segar para peserta. Karena tujuan kegiatan ini adalah - mencari calon pemimpin di generasi berikut. Selain itu, Pramuka juga melatih anak memiliki life skill yang akan berguna suatu saat nanti dan melatih kedisiplinan dan kemandirian anak di alam. Selain itu, keseruan kegiatan ini juga mengalihkan perhatian anak dari gawai kan?. Begitu juga dengan Pramuka. Kegiatan ini banyak manfaat nya.Â
Jadi saya mempertanyakan kredibilitas Pak Mentri Nadiem Makarim apa latar belakang anda membuat pramuka menjadi tidak wajib di sekolah?.Â
Kegiatan pramuka ini sudah mendarah daging di Indonesia , tidak ada alasan ketinggalan jaman. Loh, orang bule saja bahkan ada summer camp setiap tahun, untuk anak dan dewasa. Menurut hemat saya, Pramuka seperti bentuk pengkaderisasi dan semi wajib militer. Jika anak - anak sekarang, (dimana mayoritas anak sekarang bermain gawai) tidak di bekali dengan kegiatan life skill untuk bertahan hidup kemandirian dan kedisiplinan, bagaimana daya juang dan generasi mereka di tahun yang akan datang. Yang mana sekarang sudah banyak istilah - istilah generasi baru seperti generasi stoberi dan sandwich?.