Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tak Kenal Maka Tak Dipilih: Dilematika Dalam Memilih Calon Anggota DPRD Kabupaten Kota/Provinsi, DPR - RI dan DPD - RI Tangerang Selatan

15 Februari 2024   14:16 Diperbarui: 15 Februari 2024   19:33 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi daftar nama anggota DPRD kota Tangsel (Foto Dokpri Amelia)

"Saya pilih yang ini saja (sambil nunjuk foto) karena ganteng atau cantik"...

" saya tau ini masih ponakan atau saudara Airin...."

Bagaikan memilih kucing dalam karung. Yang kita gak tau kucing itu sehat apa enggak. Jadi milih karena cap-cip-cup kembang kuncup. Ironis memang. Warga benar - benar minim pengetahuan mengenai para calon legislatif. Apa , siapa apa saja kiprah nya, pencapaian nya, dan lain -lain. Mungkin saya hanya beruntung, suami saya pernah aktif dalam salah satu partai berwarna biru. Aktif dalam kegiatan - kegiatan partai, seperti Reses partai, bakti sosial, kampanye ketika ada pemilihan Calon Walikota dan Wakil Walikota Tangsel. Pada waktu itu suami saya menjabat sebagai serketaris dapil. Jadi bertambah sedikit wawasan saya mengenai seluk beluk dunia per-partai an. Selain itu, ada beberapa rekan suami yang mencalonkan diri sebagai caleg dapil wilayah kami. Jadi tau - tau dikit deh. Selain itu, salah satu warga yang tinggal di cluster kami adalah anggota dewan. Kemarin sebelum mencoblos. Saya dan suami berdiskusi. Beberapa kenalan suami saya yang calon legislatif, berpesan dengan nada bercanda. 

"Jangan lupa pilih saya ya...."

Ada beberapa orang yang berpesan seperti itu. Kemudian saya bilang. Tentu nya kita pilih calon anggota dewan yang satu domisili kita tinggal. Karena apa ? Karena jika ada komplain mengenai lingkungan dan lain - lain langsung di sampaikan kepada anggota dewan. Karena masih satu domisili dan sama - sama warga. Jadi gak perlu jauh - jauh. 

Tindakan konkret yang sudah di lakukan oleh pak dewan di tempat tinggal kami adalah , mengaspal jalanan pada salah satu blok di cluster kami yang sudah rusak. Saya sih tidak merasakan langsung ketidaknyamanan ini. Karena jalan yang rusak ada di blok lain. Komplain ini sudah di gaungkan 1 tahun yang lalu oleh salah satu warga di grup whatsapp warga. Dan di dengar langsung oleh pak dewan. Baru kemudian di aspal ketika kondisi sudah rusak dan membahayakan. Pasti nya ada pertimbangan tertentu dalam mengambil keputusan. Sebetul nya hal ini memudahkan saya untuk memilih pak dewan kembali dalam pemilu. Sudah ada hasil nyata walaupun saya tidak menikmati nya secara langsung.

Seharus nya pemilu bukan saja pesta dan selebrasi rakyat dalam menentukan pilihan pemimpin terbaik. Namun, adu kreatifitas dalam mengenalkan para calon legislatif selain cara - cara usang ala spanduk dan baliho men dan women. Kita kenal mereka hanya pernah ngeliat spanduk atau baliho mereka terpampang di pinggir jalan raya atau di gang. Kan lucu. Mosok milih calon pemimpin berbekal pernah liat wajah mereka di jalan raya. Dan karena caleg ganteng dan cantik. Awas ketipu loh! tar nyesel karena merasa di php.  

Sebetul nya para caleg ini bisa saja kan memilih tim pemenangan seperti para capres cawapres, yang kreatif , taktis,  dengan gaya kampanye below the line. Dalam dunia marketing dan desain. Below the line adalah jenis promosi yang di lakukan dengan target market yang lebih segmented / kelompok tertentu. Ketimbang kampanye jor -jor an dengan mencetak baliho besar dan spanduk besar. Tapi gak menjamin juga sampeyan akan di pilih dan memilih.

Ada salah satu partai yang menarik perhatian saya. Cara kaderisasi nya yang kuat. Pendekatan secara kegiatan agama. Tapi kini dengan cara yang lain juga. Seperti kegiatan senam sehat. Cara ini menurut saya lebih elegan , terkonsep, terstruktur walaupun tidak semua elemen masyarakat bisa masuk ke dalam koloni mereka. Namun, lagi - lagi pendekatan secara below the line membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bukan cara instan. Kurang narsistis sehingga kurang menarik dan hanya bisa di nikmati kelompok tertentu. 

Sebuah catatan pemilu yang akan datang. Masyarakat bukan saja memilih presiden dan wakil presiden. Namun, anggota DPRD daerah domisili kita tinggal yang masih kurang di kenal dan terkenal. Perlu nya sosialisasi yang edukatif dan kreatif, sehingga gak membosankan. Sungguh sayang jika memilih pemimpin hanya karena ganteng , cantik, kaya, masih ponakan pejabat dan lain - lain. Lantas , jika kita protes, kemanakah kita akan bersuara? Suara - suara kita hanya akan menjadi gaung yang berakhir sia - sia. Tapi setidak nya, ada kekuatan lain. The power of social media. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun