Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mencari Capres Cawapres yang Memberikan Ruang untuk Seni Jalanan, Adakah Kandidatnya?

20 Desember 2023   22:32 Diperbarui: 20 Desember 2023   22:41 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capres Cawapres beserta nomor urut nya / Dok : Kompas

Ilustrasi kegiatan Kunjungan Kerja Anies Baswedan di Jerman tahun 2022, dengan latar belakang karya mural seniman Darbotz / Dok : obsessionnews
Ilustrasi kegiatan Kunjungan Kerja Anies Baswedan di Jerman tahun 2022, dengan latar belakang karya mural seniman Darbotz / Dok : obsessionnews

Ilustrasi karya seni di ruang publik yang sudah legal / Dokpri Amelia
Ilustrasi karya seni di ruang publik yang sudah legal / Dokpri Amelia

Emang ada ? Ada sih, tapi saya rasa itu bukan jadi topik utama dalam pemaparan "janji -janji manis" para capres. Sebetul nya Gibran menarik, mengingat dia salah satu generasi milenial, yang mungkin lebih update dengan issue - issue milenial dan kekinian. Namun, belom apa - apa sudah rame di hujat , di cibir sana - sini. Sabar ya mas Gibran.. 

Ohya memang kenapa dengan street art ? Atau seni jalanan ? Sebagai anak desain, ketika kuliah sempet join bareng dengan temen - temen dalam kegiatan 'vandalisme' (ssst.... rahasia yah) jadi begini, kenapa di bilang vandalisme ? Karena pemerintah di kala itu tidak mengizinkan tembok -tembok di fasilitas umum di gambar - gambar. Karena merusak fasilitas umum. Memang betul sih. Kami , sebagai mahasiswa desain dan seni rupa yang idealis, harus sembunyi - sembunyi dari kejaran satpol PP ketika hendak menuangkan karya berupa lukisan dinding dan grafiti di tembok - tembok kosong. Tembok kosong ini bisa di mana saja, namun, yang menjadi incaran saya dan teman - teman adalah Jakarta Selatan. 

Sayang nya, saya tidak begitu narsistik untuk mendokumentasikan karya - karya saya yang saya tempel berupa stiker dan stencil art yang tertempel nyelip di beberapa tembok di sekitar Jakarta Selatan. Pada saat itu. Ponsel kan masih seada nya banget. 

Saya dan teman - teman datang ke acara forum diskusi JakArt bareng anak - anak IKJ di sebuah studio seni di Tebet. Salah satu media karya yang ingin di pakai untuk ikut dalam pameran seni Jakarta adalah, mural dan grafiti. Salah satu anggota diskusi dalam pemaparan nya berkata (kata -kata nya saya masih ingat). 

"Kalau mural dan grafiti mau legal, jalur nya panjang. Pertama kita harus ijin ke RT RW setempat. Belom selesai, belum ke lurah dan ijin lagi ke pemerintahan terkait setempat. Baru tenang gambar nya". Ribet kan?? Dan perlu waktu , semua yang berhubungan dengan birokrasi itu ribet dan reseh, belom tar kalo ada duit -duit nya ", ujar nya lagi. 

"Kalo ilegal kita harus siap resiko di tangkep satpol pp, tapi ga ribet kan?", canda nya. Buat kami, untuk membuat sebuah mural di dinding atau tembok itu gak sedikit modal nya. Butuh cat , cat nya pun gak bisa sembarangan. Harus yang bagus supaya awet. Belum piloks, kuas , thinner dan lain -lain. Kayak mau nukang aja gitu , bun. 

Kenapa saya mau nya ikutan kegiatan 'ilegal' ini ? Karena menambah pengalaman yang saya gak dapet dari temen -temen lain. Bahkan saya sudah bisa ikutan berkarya bareng mereka , menempelkan stiker ke beberapa spot di tembok - tembok Jakarta Selatan. Dengan begini, ada cerita dan pengalaman yang bisa di bagi kepada anak - anak (bagian ilegal nya gausah di ceritain). 

Seru kan? Alhamdulillah nya saya gak berurusan kejar -kejar an dengan satpol pp seperti yang di alami teman - teman saya. Pengalaman yang berharga ketika saya ikutan nge mural bareng temen saya, di butik milik teman. Karena si temen saya ini di minta jasa nya untuk melukis dinding di butik temen sekelas nya. Saya langsung sabet kesempatan itu. Kapan lagi. ?? Nah di saat - saat ini mana ada kesempatan seperti ini lagi ? Tapi bisa saja sih, mungkin ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun