Mohon tunggu...
Amelia Putri
Amelia Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UMY

hobi saya menonton film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lato-lato Adalah Wajah Baru Budaya Populer?

5 Januari 2023   20:31 Diperbarui: 5 Januari 2023   20:38 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permainan lato-lato adalah permainan yang telah viral di Amerika Serikat pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an. Di tahun 1970-an, mainan tersebut mulai menjangkau penduduk Calcinatello, sebuah provinsi kecil terletak di Italia dengan sejumlah 12.832 penduduk. Menurut John P. Swann seorang sejarawan FDA, kepopuleran lato-lato di Calcinatello tersebut membuat para pecinta lato-lato disana mengadakan sebuah kompetisi tahunan.

Viralnya permainan  lato-lato yang terjadi pada awal tahun 1970-an tersebut menyebabkan ratusan produksi mainan berhasil menjual jutaan lato-lato atau clacker ke seluruh penjuru dunia. Melansir dari Haluanharian, sebelumnya permainan lato-lato ini merupakan sebuah senjata dari Argentina yang dinamai the Bolas atau Boleadoras, senjata yang digunakan oleh gauchos (Koboy Argentina) yang mencoba menangkap guanaco (hewan yang terlihat seperti ilama).

Mainan lato-lato ini terbuat dari dua bola polimer padat yang masing-masing bola nya memiliki diameter sekitar 5 cm atau 2 inchi, kedua bolanya tersambung pada sebuah tali yang kokoh. Selain terbuat dari polimer, bola pada lato-lato juga bisa terbuat dari akrilik, kayu, ataupun logam. Namun, tidak disarankan bola lato-lato yang terbuat dari akrilik karena bola yang terbuat dari akrilik mudah pecah saat terjadi benturan keras sehingga jika pecahannya terkena pengguna akan membahayakan. Karenanya, untuk menghindari bahaya, sebuah permainan lato-lato. Food and Drugs Administration FDA yang biasa mengatur tentang keamanan mengenai makanan dan obat-obatan pun terpaksa mengeluarkan undang-undang yang melarang mainan yang mengandung bahaya bahan kimia, mudah terbakar, atau radioaktif.

Sehingga, tiga tahun kemudian kewenangan tersebut diperluas dengan adanya aksi Child Protection and Toy Safety Act yang melarang penjualan mainan yang dianggap berbahaya. Munculnya kebijakan tersebut membuat mainan yang awalnya dipasarkan sebagai cara untuk mengajarkan koordinasi antara tangan dan mata bagi anak-anak. Fakta bahwa mainan lato-lato atau clacker pada masa itu bisa berubah menjadi sebuah proyektil sudah cukup jadi alasan untuk melakukan issue warning mengenai pencegahan kebutaan.

Hingga akhirnya, FDA pada tahun 1971 mengeluarkan ketetapan baru mengenai standar keamanan bagi para produsen mainan yang mencakuo pengujian preskriptif dan pencatatan yang cukup ketat. Hal tersebut merupakan sebuah hambatan bagi para pembuat lato-lato ata clacker sehingga membuat permainan lato-lato ditarik dari pasaran.

Namun, saat ini permainan jadul lato lato kembali viral di dunia jagat maya. Permainan ini kembali diperbincangkan dan dimainkan oleh khalayak masyarakat. video anak-anak yang sedang bermain lato-lato menjadi viral dan menyita perhatian publik hingga membuat penasaran bagi orang yang belum pernah mencoba permainan lato-lato. Cara bermain lato-lato adalah dengan menyeimbangkan dua bola berbahan dasar polimer dengan bantuan tali atau benang. Selanjutnya pemain harus membenturkan kedua bola dengan menggunakan tangan untuk menggerakkan naik turun secara seimbang dari pelan-pelan sampai lebi kencang dan terus berbenturan secara berulang-ulang dan menimbulkan suara tek-tok yang nyaring. Untuk menentukan pemenang dalam permainan tradisional lato-lato ini adalah siapa yang mampu bertahan paling lama dalam mengayunkan bola tersebut.

Faktanya, dibalik keunikan permainan lato-lato terdapat banyak manfaat yaitu dapat melatih kemampuan motorik serta melatih kesabaran dan focus bagi pemainnya. Selain itu, dapat menenangkan pikiran dan meningkatkan kepercayaan diri serta melatih mengendalikan emosi sang pemain. Adapun manfaat yang terakhir adalah dengan bermain lato-lato dapat melatih keseimbangan gerak otot tangan bagi pemainnya.

jokowi-latolato-63b6cf9708a8b515fe48f0d2.jpeg
jokowi-latolato-63b6cf9708a8b515fe48f0d2.jpeg
Pada awal mulanya, permainan lato-lato ini hanya digemari oleh anak-anak. namun setelah viral di media sosial, berbagai kalangan ikut tertarik untuk mencoba bermain lato-lato. Tak hanya anak-anak, beberapa orang dewasa juga demikian. Bahkan, Bapak presiden RI H Joko Widodo dan Bapa Gubernur Ridwan Kamil ikut mencoba mainan yang sedang viral itu. Aksi Jokowi bermain lato-lato itu pun mengundang tawa masyarakat yang menyaksikannya karena tidak berhasil mengikuti trik bermain  lato-lato yang dicontohkan seorang anak yang ia temui. Setelah itu, Ridwan Kamil pun tidak mau ketinggalan untuk mencoba permainan lato-lato. Namun, Emil menjajal lato-lato yang tak biasa karena lato lato yang ia pilih memiliki empat bola. Ia berkata, lato-lato miliknya dinamai 'pakujut nok-nok'. Namun, Ridwan Kamil juga gagal memainkan lato-lato tersebut.

Tentunya permainan lato-lato juga memiliki dampak negative. di antaranya adalah dapat menimbulkan tangan bengkak, kepala benjol jika terkena kepala, memar jika terkena kulit, hingga dapat memicu pertikaian antar pemain setelahnya. Selain itu, sudah banyak orang yang resah dan merasa terganggu dengan pengunaan dengan durasi yang berlebihan ditambah dimainkan di waktu dan situasi yang tidak tepat.

 Maka dari itu, bagaimanapun juga anak-anak harus tetap diawasi oleh orang tua disaat bermain lato-lato. Hal ini untuk mengantisipasi dampak negatif dan hal-hal yang tidak diinginkan pada anak-anak. Intensitas permainan lato-lato jangan sampai mengabaikan aktivitas dan kebutuhan anak lainnya. Misalnya, ketika lato-lato dilombakan, harus dilakukan pada usia anak yang tepat. Karena di usia yang tepat akan mengasah emotional challenge pada diri anak. Secara teoritis, usia yang tepat untuk permainan lato-lato sebaiknya dimainkan pada usia 8 tahun ke atas. Jean Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka, hal ini juga mengacu pada tahap bermain anak yang didasarkan pada usia dan perkembangan kognitif mereka ( Loward s. Friedman and Miriam. W. Schustack. 2006: 59)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun