Perubahan iklim yang semakin ekstrim akhir-akhir terjadi di Indonesia. Salah satu yang menjadi sorotan adalah peningkatan suhu di wilayah Surabaya. Di media sosial instagram dan tiktok, serta di berita-berita banyak sekali himbauan yang muncul terkait peningkatan suhu yang terjadi di kota Surabaya ini. Berdasarkan data BMKG, suhu tertinggi Surabaya pada bulan November 2023 adalah 34 derajat celsius, sedangkan suhu tertinggi Surabaya pada bulan November 2024 mencapai 37,7 derajat celcius. Bahkan berdasarkan perkiraan BMKG suhu di Surabaya akan berkisar sekitar 35- 39 derajat celcius. Bayangkan terik panas menyengat seperti apa yang dirasakan oleh warga Surabaya. Namun, perubahan suhu yang signifikan ini hanyalah salah satu contoh dari perubahan cuaca yang ekstrim di Indonesia.
Seperti yang kita tau faktor utama terjadinya perubahan iklim ini adalah karena emisi gas yakni gas-gas rumah kaca, seperti metana, cfc, nitrogen oksida yang terperangkap di bumi sehingga menyebabkan suhu di bumi semakin meningkat dan aktivitas manusia sendiri. Sudah sejak sebelum tahun 2000-an, aktivitas manusia ini menjadi penyebab utama dari apa yang kita rasakan saat ini. Penebangan hutan secara liar, transportasi yang digunakan oleh manusia menjadi bidang terbesar dalam penyumbang emisi gas, sektor industri yang tidak memiliki sistem pengolahan limbah dan gas yang baik, bahan-bahan plastik yang masih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, seperti yang kita tahu masih banyak orang yang tidak peduli dengan dampak dari kegiatan yang mereka lakukan. Bahkan ketika mereka tahu, mereka berbuat seolah-olah tidak peduli. Padahal, banyak sekali dampak negatif yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang merupakan bumerang bagi kehidupannya sendiri. Apabila dibiarkan terus menerus perubahan iklim ini akan membawa dampak yang begitu mengerikan bagi kehidupan di bumi. Sudah banyak sekali himbauan-himbauan dari pemerintah, aktivis lingkungan, dan publik figur, namun nyatanya hal ini juga masih kurang untuk memberikan kesadaran pada masyarakat bahwa apa yang sedang dirasakan sekarang adalah salah satu dampak dari perbuatannya sendiri.
Lantas langkah apa yang bisa kita ambil? Dimulai dari diri kita sendiri, yakni lebih meminimalisir penggunaan energi yang berasal dari batu bara, gas, dan minyak dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, menerapkan prinsip reduce, reuse, dan recycle. Mulai menggunakan transportasi umum. Namun, pemerintah juga harus mengambil sikap tegas terkait kebijakan-kebijakan guna memperparah perubahan iklim yang sedang terjadi. Pemerintah harus bisa mulai menerapkan budaya-budaya yang dapat dengan mudah mempengaruhi dan diterapkan untuk meminimalisir perubahan iklim yang semakin parah. Pemerintah Indonesia harus bisa belajar dari negara-negara lain yang sudah maju dan memiliki kondisi negara yang apik dalam segi penggunaan energi, penggunaan transportasi umum, kebijakan terkait aktivitas-aktivitas yang merusak lingkungan dan memicu terjadinya pemanasan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H