Mohon tunggu...
Amelia Nur Qholid
Amelia Nur Qholid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pelajaran Hidup dalam Puisi "Ajaran Hidup"

29 September 2024   11:25 Diperbarui: 29 September 2024   11:30 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Secara umum, pendekatan mimetik adalah adalah pendekatan karya sastra dengan lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi lahirnya sebuah karya sastra.  Mimesis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan oleh Plato dan Aristoteles sejak masa keemasan filsafat Yunani Kuno. Mimesis ini merupakan ibu dari pendekatan sosiologi sastra yang kemudian melahirkan banyak  metode kritik sastra.

Mimesis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra. Mimesis diartikan sebagai pendekatan yang mengkaji  karya sastra dengan realita atau kenyataan. Berikut merupakan pandangan beberapa pakar terhadap mimetik.

Pandangan plato terhadap mimesis dipengaruhi oleh konsep ide-ide mengenai seni. Plato menganggap ide yang dimiliki manusia terhadap suatu hal merupakan kesempurnaan yang tidak dapat diubah. Berdasarkan pandangannya, plato sangat memandang rendah penyair dan seniman yang bukunya tentang republik bagian kesepuluh karena ia mengangap bahwa hanya meninggikan nafsu dan emosi saja.  Pendangan itu muncul karena mimesis yang hanya dilakukan oleh seniman dan sastrawan hanya akan menghasilkan khayalan tentang kenyataan dan tetap jauh dari keberanaran. Mimesis hanya terikat pada ide pendekatan.

  • Pandangan Aristoteles

Aristoteles menganggap seniman dan sastrawan yang melakukan mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan, melainkan sebuah proses kreatif untuk menghasilkan kebaruan.pandangan positif Aristoteles ini dipengaruhi oleh pemikirannya terhadap adanya ide-ide manusia bukan sebagai kenyataan.

Ajaran Hidup 

 hidup telah mendidikmu dengan keras

agar bersikap sopan --

misalnya buru-buru melepaskan topi

atau sejenak menundukkan kepala --

jika ada jenazah lewat

hidup juga telah mengajarmu merapikan

rambutmu yang sudah memutih,

membetulkan letak kacamatamu

dan menggumamkan beberapa larik do'a

jika ada jenazah lewat

agar masing dianggap menghormati

lambang kekalahannya sendiri

                       

Puisi Ajaran Hidup memiliki banyak makna tentang kehidupan sehari-hari manusia yang memiliki aturan dan rasa sopan santun yang dijunjung tinggi. Selain itu, puisi ini juga menggambarkan penghormatan terhadap tradisi dan kesadaran terhadap keterbatasan yang dimiliki oleh manusia, yaitu melarikan diri dari kematian. Puisi ini berisi tentang renungan tentang bagaimana kehidupan yang sudah ataupun sedang dijalani oleh manusia memberikan pelajaran kepada manusia.

Bait pertama 

hidup telah mendidikmu dengan keras

agar bersikap sopan --

misalnya buru-buru melepaskan topi

atau sejenak menundukkan kepala --

jika ada jenazah lewat

Pada bait pertama, menjelaskan bahwa kehidupan para pembacanya itu sudah mendidik mereka dengan keras supaya bersikap sopan. Karena sifat yang sopan yang dimiliki oleh orang pada zaman sekarang ini sangatlah kurang. Oleh karena itu, dalam kehidupan yang keras ini ada beberapa pihak yang memberikan kaum muda terutama untuk bersikap lebih sopan. Dalam puisi ini, salah satu dari contoh sifat yang sopan itu adalah dengan melepaskan topi dan menundukkan kepala jika ada jenazah yang lewat. Menundukkan kepala itu bertujuan untuk menghormati jenazah dan keluarganya serta menunjukkan rasa berbelasungkawa terhadap keluarga yang ditinggalkan. Selanjutnya, dalam bait pertama ini juga menggambarkan masa depan semua manusia nantinya, yaitu dijemput oleh kematian.

 Bait kedua 

hidup juga telah mengajarmu merapikan

rambutmu yang sudah memutih,

membetulkan letak kacamatamu,

dan menggumamkan beberapa larik do'a

 jika ada jenazah lewat

hidup juga telah mengajarkanmu merapikan rambutmu yang sudah memutih, membetulkan kacamata , dari larik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami proses penuaan yang ditandai dengan rambut yang sudah memutih dan juga menggunakan kacamata karena penglihatan yang sudah mulai buram. Kedua hal itu adalah bentuk atau ciri-ciri orang yang sudah mengalami penuaan. Dari sini dapat mencerminkan bahwa kehidupan ini dapat mengalami perubahan yang tidak dapat dihindarkan oleh manusia. Dan menggumamkan beberapa larik do'a jika ada jenazah lewat, sebagai seorang manusia yang memiliki hubungan langsung dengan manusia lain. Memiliki kewajiban untuk saling mendoakan saudara sesama muslim ataupun sesama manusia yang hdiup berdampingan satu sama lain. 

Larik do'a dan jenazah ini merupakan bukti nyata bahwa setiap manusia akan mengalami kematian, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang abadi di dunia ini. Kematian itu adalah suatu qodrat dari manusia yang sudah ditetapkan oleh tuhan mereka. Imaji melepaskan topi, merapikan rambut yang sudah memutih, membetulkan kacamata, dan menggumamkan larik do'a adalah penyampaian pesan tentang penghormatan, penerimaan, dan pengakuan.

           

Bait ketiga 

agar masih dianggap menghormati

lambang  kekalahannya sendiri

Makna dari bait terakhir itu berhubungan dengan bait sebelumnya, yaitu menggumamkan beberapa larik do'a jika jenazah lewat. Karena gumaman larik doa saat jenazah lewat adalah sebuah bentuk penghormatan bagi orang yang sudah meninggal. Dan juga menggumamkan larik doa ini juga sudah menjadi tradisi bagi kebanyakan orang karena sudah dilakukan sejak lama. 

Karena hal itulah jika ada yang tidak melakukan itu akan dianggap tidak memiliki empati antar sesama manusia dan dibicarakan oleh orang lain. Pembacaan larik do'a itu juga digambarkan sebagai kekalahan manusia karena tidak bisa menghindari dan menentukan kapan mereka akan mati dan bagaimana mereka cara mereka untuk menghindari kematian.

Kata jenazah itu mengingatkan bahwa manusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas dan juga tidak ada apa-apanya dihadapan tuhan mereka. Pembahasan soal kematian itu juga membuat manusia yang sadar akan hal itu lebih memperbaiki diri dan belajar untuk lebih dekat agar mendapatkan keselamatan di hari akhir nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun