Larik do'a dan jenazah ini merupakan bukti nyata bahwa setiap manusia akan mengalami kematian, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang abadi di dunia ini. Kematian itu adalah suatu qodrat dari manusia yang sudah ditetapkan oleh tuhan mereka. Imaji melepaskan topi, merapikan rambut yang sudah memutih, membetulkan kacamata, dan menggumamkan larik do'a adalah penyampaian pesan tentang penghormatan, penerimaan, dan pengakuan.
     Â
Bait ketigaÂ
agar masih dianggap menghormati
lambang  kekalahannya sendiri
Makna dari bait terakhir itu berhubungan dengan bait sebelumnya, yaitu menggumamkan beberapa larik do'a jika jenazah lewat. Karena gumaman larik doa saat jenazah lewat adalah sebuah bentuk penghormatan bagi orang yang sudah meninggal. Dan juga menggumamkan larik doa ini juga sudah menjadi tradisi bagi kebanyakan orang karena sudah dilakukan sejak lama.Â
Karena hal itulah jika ada yang tidak melakukan itu akan dianggap tidak memiliki empati antar sesama manusia dan dibicarakan oleh orang lain. Pembacaan larik do'a itu juga digambarkan sebagai kekalahan manusia karena tidak bisa menghindari dan menentukan kapan mereka akan mati dan bagaimana mereka cara mereka untuk menghindari kematian.
Kata jenazah itu mengingatkan bahwa manusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas dan juga tidak ada apa-apanya dihadapan tuhan mereka. Pembahasan soal kematian itu juga membuat manusia yang sadar akan hal itu lebih memperbaiki diri dan belajar untuk lebih dekat agar mendapatkan keselamatan di hari akhir nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H