Honorer TK : Tak Diangap Tapi Ada
Â
      Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang bertugas untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. Tetapi, kesejahteraan para guru yang belum jelas statusnya ini masih dipertanyakan. Minimnya perhatian dari pemerintah dan juga pengelola bidang pendidikan di Negara  ini. Menjadi guru tidak semudah yang dibayangkan, ada banyak tugas lain yang harus dilakukan selain mengajar. Walaupun para guru honorer akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi Pegawai Negri Sipil (PNS) ataupun P3K, tetapi masih belum menjamin kesejahteraan mereka terutama yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)
      Kesempatan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil ataupun P3K ini hanya berlaku bagi beberapa pihak saja. Di beberapa desa di Kabupaten Solok pada jenjang pendidikan TK/RA yang guru honorernya hanya lulusan SMA saja. Alasan mereka untuk menjadi guru honorer sendiri karena minimnya sarjana pendidikan disana dan tidak menginginkan sekolah-sekolah yang ada disana ditutup. Untuk melanjutkan pendidikan kejenjang Strata 1 (S1) mereka terkendala biaya karena gaji yang tidak pasti dari pemerintah dan juga yayasan.
      Dikutip dari kompas.com yang berisi tentang seorang guru TK yang meminta kesejahteraan langsung kepada Menteri pendidikan karena gajinya hanya Rp100.000,00 perbulan "Sudah 18 tahun mengabdi, honor saya 100.000 sekarang, terus pulang pergi dengan motor sekitar 20 kilometer lebih". Dari sana dapat dilihat bahwa kesejahteraan bagi para honorer, terutama di Taman kanak-kanak masih sangat minim. Pada saat ini, uang senilai 100.000 perbulannya sama sekali tidak setimpal dengan pekerjaan seorang guru yang tidak hanya bertugas untuk mengajar muridnya.
      Perhatian terhadap guru honorer sangatlah kurang, berita itu mungkin hanyalah satu dari sekian banyak kesulitan yang dialami oleh para guru honorer di daerah terpencil. Gaji mereka tidaklah mencukupi untuk kebutuhan dan biaya hidup mereka. Walaupun guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan lagi bagaimana nasib dan kesejahteraan guru kedepannya. Â
      Semua guru tentunya selalu dituntut untuk membuat para penerus bangsa ini menjadi cerdas. Dengan usaha yang semaksimal mungkin dilakukan, tetapi masih saja ducap sebagai pendidik yang gagal. Padahal usaha yang mereka lakukan sudah semaksimal mungkin, para guru itu juga butuh bantuan dan peran dari orangtua untuk mengajarkan anaknya di rumah. Walaupun disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, tidak seharusnya mereka mendapatkan ketidakadilan ini. Ada kalanya mereka akan lelah dan mulai berhenti untuk menjadi pendidik bagi para penerus bangsa ini.
Sebagian generasi muda melihat keadaan ini merasa enggan untuk mengambil jurusan pendidikan sekolah dasar karena melihat apa yang terjadi saat ini.betapa sulitnya administrasi bagi para guru honorer, gaji yang tidak seberapa, dan juga kebijakan pemerintah yang mengatakan bahwa setelah pendidikan S1, sarjana pendidikan harus mengambil Program Profesi Guru (PPG) untuk diakui sebagai guru. Jelas itu akan memakan waktu yang sangat lama dan menghabiskan banyak biaya.Â
Semoga kedepannya pemerintah lebih memikirkan dan memperhatikan kesejahteraan para guru honorer yang sudah berjuang untuk mencerdaskan bangsa. Apapun rela mereka lakukan demi memberikan ilmu kepada muridnya. Siapa lagi yang bisa mereka harapkan untuk menjamin kesejahteraan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H