Dalam tatanan pembelajaran yang lebih umum yaitu kehidupan sosial skala lokal maupun global, secara sadar ataupun tidak, setiap manusia berafiliasi dengan kelompok atau golongan tertentu. Kemudian afiliasi tersebut berkembang menjadi bagian dari identitas pribadi yang bersangkutan.Â
Awalnya semua orang beranggapan bahwa afiliasi dan identitas itu berlaku bolak balik dan akhirnya melupakan bahwa sejatinya afiliasi dan identitas itu tidak selalu harus berlaku dua arah.
Contoh kasus nyatanya begini: jalan lintas sumatra terkenal dengan ketidakamanannya karena banyak orang di sekitar di jalanan tersebut menjarah truk yang membawa muatan bernilai ekonomi dan mampu melarikan diri secepat bajing yang meloncat. Kemudian timbullah cerita bahwa orang-orang sumatra itu menakutkan. Padahal tidak semua orang sumatra memiliki kelakuan seperti itu.
Contoh lainnya, Ahmad Dhani seorang musisi terkenal di Indonesia, santer terdengar memiliki afiliasi dengan kelompok orang-orang yahudi. Jika dilihat dari keturunannya, Ahmad Dhani memang dilahirkan dari ibu beretnisitas Yahudi bernama Joyce Kohler.Â
Albert Einstein, seorang ilmuan fisika terbesar pada abad ke 20 dan Sigmund Freud, seorang psikoanalis yang pemikirannya sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu psikologi juga memiliki afiliasi dengan kelompok orang-orang yahudi.Â
Di sisi lain, bagian barat benua asia, Rebecca yang juga memiliki afiliasi dengan kelompok orang-orang yahudi menembak mati perawat muda Palestina Razan Najjar ketika sedang menjalankan tugasnya menjadi perawat di tengah aksi damai di Gaza tahun lalu.Â
Tanpa mengesampingkan fakta bahwa kelakuan tentara-tentara israel yang memiliki afiliasi dengan kelompok orang-orang yahudi sangat melanggar HAM, lantas  apa kita semua harus membenci Ahmad Dhani, Albert Einstein, Sigmund Freud, dan orang-orang yang memiliki afiliasi dengan kelompok orang-orang yahudi yang berjasa pada dunia?
Acapkali kita salah karena menyamakan afiliasi dengan generalisasi sehingga menyebabkan kita terperangkap dalam penilaian tentang seseorang berdasarkan afiliasinya.Â
Disinilah kita perlu meluruskan lagi pemikiran bahwasanya jikalau kita antipati dengan tingkah laku seseorang yang memiliki sifat/sikap/karakter tertentu sejatinya yang kita benci itu adalah tingkah lakunya bukan afiliasinya.Â
Seperti berita yang sering di rilis di ranah publik, orang yang beragama islam melakukan pengeboman di berbagai daerah di indonesia yang menjadi fokus khalayak adalah afiliasi keislamannya padahal harusnya kita tidak bisa serta merta mengeneralisasikan tingkah lakunya dengan afiliasi keislamannya. Kita harusnya berang dengan tingkah lakunya bukan dengan afiliasi keislamannya.
Memaknai afiliasi secara keliru inilah yang membuat stereotipe negatif terhadap suatu afiliasi mengakar kuat dalam kehidupan sosial skala lokal maupun global.Â