Mohon tunggu...
Amelia Maharani
Amelia Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pertempuran Ambarawa

27 Juni 2024   14:26 Diperbarui: 27 Juni 2024   14:47 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertempuran Ambarawa adalah salah satu pertempuran penting dalam sejarah Indonesia yang terjadi pada masa awal Revolusi Nasional Indonesia. Pertempuran ini juga dengan Palagan Ambarawa, terjadi pada tanggal 20 Oktober sampai 15  Desember  1945, antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang didukung oleh rakyat Indonesia melawan pasukan Sekutu Inggris. 

Latar belakang pertempuran ini dimulai setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Meskipun telah terjadi pengakuan internasional terhadap kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha untuk mengembalikan kekuasaannya di wilayah jajahan yang dahulu, termasuk Jawa Tengah. 

Letak Ambarawa yang strategis di antara Yogyakarta dan Surakarta membuatnya  menjadi batu pijakan Sekutu untuk menaklukkan Jawa bagian tengah. Jika Ambarawa jatuh ke tangan Sekutu, maka Yogyakarta dan Surakarta menjadi sasaran penaklukan selanjutnya (Dinas Sejarah Militer Kodam VII/Diponegoro, 1979).

Pertempuran Ambarawa dilatarbelakangi insiden di Magelang setelah mendaratnya Brigade Artileri Divisi India ke-23 di Semarang pada 20 Oktober 1945. Namun, kedatangan pasukan Sekutu Inggris tidak sendirian, tetapi membonceng orang-orang NICA yang kemudian mempersenjatai bekas tawanan itu (Kedaoelatan Rakjat, 11 November 1945). Enam hari kemudian (26 Oktober 1945) sebuah insiden terjadi di Kota Magelang yang kemudian berkembang menjadi  pertempuran  antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan pasukan gabungan Sekutu Inggris dan NICA.

Insiden tersebut berhenti setelah presiden Sukarno dan Brigadir Jendral Bethell datang ke Magelang tanggal 2 November 1945. Mereka melakukan gencatan senjata dan menyepakati beberapa hal yang tertuang dalam 12 pasal. Kesepakatan tersebut berisi antara lain: 1) Pasukan Sekutu tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melindungi dan mengurus proses evakuasi APWI (Allied Prisoners War And Interneers atau tawanan perang dan para interniran); 2) Jalan Ambarawa Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia; 3) Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang  berada di bawahnya. Akan tetapi, pasukan Sekutu ternyata mengingkari kesepakatan tersebut. Akibatnya, pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto dan tentara Sekutu. Pada 21 November 1945, pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa.

Namun demikian, pada tanggal  22  November  1945  pertempuran meletus di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung yang berada di sekitar Ambarawa. Pertempuran yang melibatkan berbagai batalyon tidak henti-hentinya terjadi dan pada tanggal 26 November 1945, pimpinan pasukan TKR dari Purwokerto Letnan Kolonel Isdimin gugur.  

Letkol Isdiman gugur akibat tertembak pesawat pengintai yang sering disebut sebagai pesawat cocor merah pada saat serah terima komando dengan Mayor Imam Androngi. Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Kolonel Soedirman (Kedaoelatan Rakjat, 11 November 1945; Dinas Sejarah Militer Kodam VII/Diponegoro, 1979).

Pasukan Indonesia di Ambarawa pada waktu itu terdiri dari gabungan berbagai elemen, termasuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin oleh Soedirman, serta milisi lokal dan sukarelawan. Mereka berusaha untuk menghadapi pasukan Belanda yang lebih terlatih dan lebih baik persenjataannya.

Pertempuran yang berlangsung berhari-hari menguntungkan pasukan TKR. Pasukan Sekutu Inggris terusir dari Banyubiru pada 5 Desember 1945, yang merupakan garis pertahanan terdepan. Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman mengambil prakarsa untuk mengumpulkan masing-masing komandan sektor. 

Kolonel Soedirman berkesimpulan bahwa pasukan musuh telah terjepit dan perlu dilaksanakan serangan terakhir. Serangan kemudian direncanakan pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30 yang dipimpin oleh masing-masing komandan dan akan melakukan serangan secara mendadak dari semua sektor.  

Pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasaran masing-masing. Dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil mengepung musuh di dalam kota. Pertahanan musuh yang terkuat diperkirakan berada di Benteng Willem yang terletak di tengah-tengah kota Ambawara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun