Mohon tunggu...
Amelia Hayuning Pakarti
Amelia Hayuning Pakarti Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi (A) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Keraton Surakarta, Tempat Bersejarah Nan Eksotis

6 Januari 2014   12:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:06 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika mendengar kata “keraton”, kita pasti otomatis akan membayangkan sebuah tempat dimana Raja/ Sultan memerintah rakyatnya, dan ingatan kita langsung terbang ke Yogyakarta. Ya, kota Yogyakarta memang kental dengan keraton, terlebih lagi dengan sosok Sri Sultan. Tak heran memang karena budaya Jawa masih sangat kental disana, namun jangan salah, di Indonesia selain Yogyakarta, masih ada beberapa daerah yang masih melestarikan keraton mereka, diantaranya Cirebon dan Surakarta/ Solo.

Sebenarnya pada jaman dahulu, keraton Yogyakarta dan keraton Surakarta adalah satu, namun akibat dari konflik dan campur tangan penjajah, akhirnya keraton Yogyakarta dan keraton Surakarta terpecah. Keraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan, dan keraton Surakarta dipimpin oleh Paku Boewono. Keraton Surakarta berada di pusat kota Solo, Jawa Tengah. Seperti kebanyakan denah kota tua, keraton Surakarta diampit oleh 2 alun-alun, yaitu alun-alun utara dan alun-alun selatan. Di alun-alun utara terdapat juga Masjid Agung Surakarta.

Perjalanan dimulai dari gapura Gladag, yaitu gapura paling utara keraton Surakarta. Pada gapura tersebut terdapat 2 arca Dwarapala yang menyambut kita. Setelah melewati gapura gladag, kita memasuki area alun-alun utara. Di sebelah timur alun-alun, banyak pedagang cinderamata khas Solo, sedangkan di sebelah barat alun-alun, terdapat Masjid Agung Surakarta. Di tengah-tengah alun-alun, kita bisa melihat 2 pohon beringin yang menjulang tinggi. Setelah melewati alun-alun utara, kita akan melewati pendopo terbuka, tepatnya di sebelah selatan alun-alun. Untuk menuju gedung utama keraton, kita harus melewati Supit Urang. Pada jaman dahulu, supit urang ini digunakan sebagai tembok pertahanan keraton, tak heran jika supit urang ini dibangun tinggi menjulang dan mengelilingi area keraton. Dari supit urang, kita sudah bisa melihat gerbang keraton Surakarta, lengkap dengan pos penjagaan. Apabila kita jalan terus ke arah barat, makan kita akan menemui Pasar Klewer, pasar tradisional kota Solo. Pasar Klewer terkenal akan batiknya yang murah dan berkualitas, sama halnya dengan pasar Beringharjo di Yogyakarta. Jika sudah melewwati gerbang keraton, di depan kita sudah berdiri gagah keraton Kasunanan Surakarta, tidak terlalu besar namun tetap eksotis. Bangunan utama keraton Kasunanan Surakarta sendiri sudah diubah menjadi museum. Didalamnya terdapat aneka benda koleksi keraton, mulai dari senjata, baju prajurit, hingga lukisan Paku Buwono.

Ada aturan tersendiri jika ingin memasuki keraton, yaitu harus memakai sepatu dan bercelana panjang. Apabila anda memakai sendal, maka anda di haruskan melepaskan sekalian alas kaki anda, alias nyeker, menurut orang Jawa, dan jika anda memakai celana pendek, makan akan dipinjami kain sebagai penutup kaki anda, layaknya jarik.

Di kanan dan kiri keraton sudah menjadi sebuah perkampungan, namun tidak mengubah citra dari keraton, karena kebanyakan penduduk kampung tersebut adalah abdi dalem keraton, sehingga bangunan-bangunan rumahnya pun masih bergaya Jawa kuno. Diselatan bangunan utama adalah gerbang selatan keraton, dan juga jalan menuju alun-alun selatan. Alun-alun selatan keraton Surakarta selalu ramai setiap hari, terlebih jika malam hari. Sebelum ke alun-alun selatan, anda akan menjumpai kandang Kyai Slamet, kerbau putih peliharaan keraton Kasunanan Surakarta. Bagi warga asli Solo, kerbau tersebut sangat di hormati, karena menurut kepercayaan warga sekitar, kerbau Kyai Slamet dan kerbau-kerbau lain yang masih satu keturunan dengan Kyai Slamet, adalah kerbau-kerbau sakti. Jika anda berkunjung ke Solo pada malam 1 Syura, maka anda akan melihat upacara ritual “ngarak” kerbau Kyai Slamet dan pusaka-pusaka keraton.

Itulah sekilas mengenai wisata Keraton Kasunanan Surakarta, warisan budaya Indonesia yang sarat sejarah dan pengetahuan. Banyak turis asing yang takjub dengan budaya Indonesia yang masih kental di beberapa daerah, terbukti dengan jumlah wisatawan asing di keraton Surakarta yang tidak pernah sepi tiap harinya. Selain mengntungkan untuk kota Solo sendiri, ini juga merupakan aset pariwisata yang menguntungkan untuk Indonesia.

1388986141594897868
1388986141594897868

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun