Mohon tunggu...
Amelia Haryanti
Amelia Haryanti Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Ilmu Hukum Universitas Pamulang

Amelia Haryanti, menjadi dosen di Program Studi Ilmu Hukum Universitas Pamulang sejak tahun 2017

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Maraknya Manusia Silver

2 Maret 2022   14:10 Diperbarui: 2 Maret 2022   14:17 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hampir setiap saat, setiap waktu, kita menemukan manusia silver di pinggir jalan, jika dilihat dari  postur dan bentuk tubuhnya, sepertinya mereka tidak dibatasi oleh usia, tua muda, laki maupun perempuan berubah menjadi manusia silver. Mengapa demikian? Apakah karena Indonesia masih dilanda pandemi covid-19, sehingga manusia silver semakin banyak menjalankan profesinya.

Profesi mereka sebagai pengamen, atau sengaja meminta uang dari pengguna jalan, atau masyarakat yang sedang makan di warung atau tenda kaki lima, ini memang sangat meresahkan dan mengganggu kenyamanan kita, karena terkadang mereka sedikit memaksa, bahkan dengan sengaja membawa bayi dan anak kecil untuk meinta belas kasihan kita. Jika tidak diberi kasihan juga, dengan alasan buat makan, namun jika diberi itu tidak mendidik buat mereka.

Ketika penulis mencoba bertanya kepada salah seorang manusia silver yang kelihatannya masih anak-anak, mereka beralasan bahwa menjadi manusia silver dan mencari uang sendiri karena putus sekolah, ada juga yang masih sekolah namun ingin membantu orang tuanya, dan ada beberapa orang tua yang mengetahui anaknya menjadi manusia silver. Di lain waktu juga penulis mewawancarai orang dewasa yang menjadi manusia silver, jawaban mereka karena menjadi korban pemutusan hubungan kerja akibat pandemi yang masih saja berlangsung, sedangkan kebutuhan hidup sehari-hari tidak bisa ditunda. Ada juga seorang ibu yang membawa serta anaknya menjalankan profesi ini, alasan ibu ini yakni untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.

Disini bisa kita simpulkan, bahwa mereka menjadi manusia silver karena faktor ekonomi. Sebetulnya, mereka juga tidak menginginkan menjalankan profesi seperti itu, mengingat bahan yang mereka gunakan untuk melumuri badannya mengandung bahan kimia, yakni cat kaleng warna silver, terkadang dicampur dengan minyak goreng atau minyak tanah, dan untuk membersihkannya menggunakan sabun cair untuk cuci piring.

Fenomena banyaknya manusia silver ini menjadi tugas tambahan bagi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, khususnya dinas sosial, karena sesungguhnya profesi seperti ini tidak mereka inginkan, namun dengan alasan untuk mempertahankan hidup, profesi ini menjadi pilihan karena sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak. Sebetulnya pemerintah sudah mengupayakan agar mereka meninggalkan profesinya menjadi manusia silver dengan cara meminta uang dari pengguna jalan, banyak dari manusia silver ini yang di tangkap dan direhabilitasi di penampungan dinas sosial milik pemerintah daerah dan diberikan pelatihan kerja, namun ketika keluar dari panti mereka tetap kesulitan mencari pekerjaan yang layak, sehingga mereka menjalankan kembali profesinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun