Herman Dooyeweerd mengemukakan “…Faith orientation of the heart” artinya Orientasi/Kepercayaan dalam hati dalam bentuk Komitmen Spiritual. Dapat disimpulkan bahwa worldview adalah sebuah ide atau proporsi yang merupakan orientasi keyakinan atau keagamaan yang terletak dalam hati atau sudah menjadi komitmen dari hati tersebut.
3. Islam
Worldview menurut islam disini bukan hanya merujuk pada kata “Worldview”, melainkan sudah merujuk pada “Worldview Islam”. Terdapat beberapa definisi diantaranya :
Pertama, pendapat Sayyid Qutb (al-Tasawur al Islami), Akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang terdapat dibalik itu. Artinya keyakinan yang ada dalam diri seseorang yang diaplikasikan dalam bentuk sikap keseharian.
Kedua, Syekh Atif al-Zayn (al-Mabda al-Islami), Al mabda al Islami lebih diartikan sebagai kesatuan antara iman dan akal atau disebut aqidah fikriyah yaitu kepercayaan yang berdasarkan pada akal. Menurut pendapat ini keyakinan harus diharus didahului oleh akal.
Ketiga, al-Maududi (Islam Nadzriyat), Pandangan hidup yang diawali dengan konsep keesaan tuhan (syahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia didunia, karena syahadah lah yang merupakan pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupan secara menyeluruh.
Keempat, SM. Naquib al-Attas (Ru’yat al-Islam lil Wujud), Pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang tampak oleh mata hati yang memperjelas hakikat wujud, maka worldview islam itu merupaka pandangan islam tentang wujud.
Worldview memiliki hubungan dengan beberapa aspek seperti sains, bahasa, epistemologis, dan dengan framework peradaban. Worldview dan Sains satu sama lain memiliki hubungan yang erat. Konsep Islamisasi ilmu pengetahuan yang dirasakan paling mendasar dan menyentuh akar permasalahan sains adalah konsep dengan pendekatan yang berlandaskan worldview (cara pandang, paradigma) Islam. Ide Islamisasi ilmu pengetahuan dengan pendekatan seperti ini disampaikan pertama kali secara sistematis oleh Prof. Syed M. Naquib Al-Attas. Bahkan secara khusus ia menyebut permasalahan Islamisasi adalah permasalahan mendasar yang bersifat epistemologis.
Ide Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer atau sains dimulai dengan membongkar sumber kerusakan ilmu saat ini. Menurutnya, tantangan terbesar yang dihadapi kaum Muslimin adalah ilmu pengetahuan modern (sains) yang tidak netral telah merasuk ke dalam praduga-praduga agama, budaya dan filosofis, yang sebenarnya berasal dari refleksi kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Jadi, sains modern harus diislamkan.
Dengan begitu, konsep Islamisasi sains dengan pendekatan Islamic Wordview (paradigma) ini akan berakar kuat dan sesuai dengan jiwa Islam. Umat akan terbebas dari penyakit yang selama ini menghinggapi pikiran mereka akibat kesalahan memahami konsep ilmu. Dan umat akan membangun kembali superioritas mereka di bidang ilmu sebagaimana dilakukan oleh umat Islam terdahulu seperti Ibn Sina, Ibn Rusyd, Al-Biruni, Ibn Haytsam, Fakhruddin Ar-Razi dan sebagainya. Konsep Islamisasi seperti ini akan melahirkan umat yang kuat karena di masyarakat terdapat banyak ulama-ulama yang saintis dan saintis-saintis yang ulama.
Selain berkaitan dengan sains, bahasa juga memiliki ikatan yang kuat dengan worldview. Worldview islam dengan bahasa sangat erat hubungannya, karena kita bisa mengetahui dan memahami semua tentang keilmuan itu berkat adanya bahasa. Tanpa adanya bahasa maka tidak akan ada cara pandang. Selain itu, kita tidak bisa memberikan sebuah pandangan atau worldview tanpa adanya bahasa.