Mohon tunggu...
Amelia Fardianti
Amelia Fardianti Mohon Tunggu... -

Email : ameliafardiantii@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Mikro

Tidak Semudah yang Ku Bayangkan!

17 Maret 2012   11:29 Diperbarui: 17 Mei 2018   00:44 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari kepergiannya yang membuat kehidupan ini tiba-tiba berubah secara derastis . Tadinya ku kira dengan berpisah mereka akan membuat suasana rumah menjadi nyaman dan tentram tak perlu ada pertengkaran . Tapi ternyata aku slh, kini sosoknya sangat ku butuh kan . Bukan hanya aku ,begitu juga dia..ibuku . Ku akui sangat sulit bagi ibu untk melihat sebuah kenyataan bahwa kini dirinya tak bersama kami . Dia pergi begitu saja, pergiiiiiii seakan menjauh dari masalah tanpa menyelesaikannya. Ku kira bisa miliki ayah seperti anak lainnya. Jujur aku sangat bangga pada ayahku ,dia sangat menyayangi anaknya dan tidak pernah sekalipun membuat anaknya menangis. Bisa kamu bayangkan ?? di buat menangis saja olehnya tidak  pernah, apa lagi di buat sedih. Dia sangat pekerja keras . Dia bekerja di saah satu perusahaan BUMN ternama . Tapi dia tidak malu ketika harus menjadi sopir untuk menambah biaya dalam keluarga kami. Dia bahkan mampu berbagi canda tawa bersana kami ketika dalam keadaan lelah. Sayangnya itu semua dulu, beda dengan yang sekarang. Kini keluargaku ku terpisah dan tidak  sperti dulu lagi. Aku harus pindah kota untuk melupakan semuanya , tadinya kupikir itu akan mudah. Seiring berjalannya waktu semua sangat terasa,ibu yang harus berperan ganda sebagai ayah, bagaimana pun tidak dapat memberikan kasih sayang seperti yang di berikan dari seorang ayah kepada putrinya. Cara ibu dan ayah menyayangi anaknya berbeda. Tidak komunikasi hampir 2 tahun dan bahkan tidak berjumpa dengannya. Terakhir jumpa di saat ulang tahun ku yg ke-15 masih teringat dengan jelas saat itu ayah menjemputku dikompleks perumahan kami. Kita bertiga dengan adikku . Ayah sllu mengingat ulang tahun kami . Dan itu terakhir kali aku melihatnya , terakhir  kali makan semeja dengannya. Aku tidak terlalu dekat dengan ayah tapi apa yang terjadi pada keluarga ku sangat jelas terasa bagiku . Bahkan aku harus tampak terlihat tidak merasakan kehilangan seorang ayah saat berada bersama ibu . Aku tak ingin ibu sedih karena dirinya. Kini ,aku hanya dapat berdoa kepada Tuhan agar aku,kakak,dan adikku bisa menjadi org yang sukses . Yang bisa membanggakan kedua orang  tua terutama "IBU" dan buat ayah aku ingin berterima kasih,tanpa dirimu aku takkan bisa seperti  ini . Smoga kita dapat berjumpa dalam keadaan yang tenang .doaku untuk mu selalu,tanpa memandang siapa kau . 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Mikro Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun