Proyek MBKM yang berlangsung dari November hingga Desember 2024 di Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur. Tim mahasiswa yang dipimpin oleh Nur Afian bersama anggotanya, Steven Tirta Renold, Alloisius Neoluna Adrianno, Fauzan Yanuardi, Annjelina, Putri Yunita Sari, Shanty Amelya, Amelia Nur Fadhila, Aisha Faza Salfania, dan Tazkya Halimah Rusyadiyah, berhasil menciptakan solusi cerdas untuk meminimalisir pencemaran lingkungan akibat limbah baglog jamur tiram. Limbah yang sebelumnya tidak dimanfaatkan secara maksimal, kini diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi yang bernilai jual. Proyek ini sejalan dengan tema yang di angkat yaitu " Pengembangan Budidaya Jamur Tiram, Strategi Pemasaran dan Inovasi Produk serta Pemanfaatan Limbah Baglog untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan Berbasis Teknologi Tepat Guna."
Ngargogondo, Borobudur- sebuah terobosan di bidang lingkungan hidup dilakukan oleh mahasiswa Universitas Tidar melaluiUntuk mendukung proses pengolahan limbah baglog menjadi pupuk organik, Proyek MBKM Universitas Tidar menyalurkan bantuan berupa alat pengaduk baglog. Bantuan ini difasilitasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Tidar sebagai bagian dari upaya memperkuat keberlanjutan program. Dengan alat ini, proses pencampuran bahan untuk fermentasi pupuk menjadi lebih efisien, sehingga produksi dapat dilakukan dalam skala lebih besar.
Bagaimana Prosesnya?
Proses pengolahan dimulai dengan mengumpulkan limbah baglog yang sudah tidak digunakan oleh petani setempat. Selanjutnya, limbah baglog dicampur dengan pupuk kandang dan bahan pendukung seperti EM4, tetes tebu, dan air yang kemudian difermentasi selama kurang lebih dua minggu untuk menghasilkan pupuk organik yang kaya nutrisi. Selain ramah lingkungan, pupuk ini juga menawarkan solusi alternatif bagi petani untuk menggantikan pupuk kimia.
“Kami ingin memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan mengolah limbah menjadi pupuk, tidak hanya lingkungan yang terselamatkan, tetapi juga ada nilai ekonomi yang bisa dimanfaatkan,” ujar Nur Afian, ketua tim.
Produk pupuk organik yang dihasilkan ini sudah mulai diperkenalkan kepada masyarakat sekitar, dan responnya sangat positif. Para petani menyambut baik inisiatif ini karena pupuk organik tersebut lebih terjangkau sekaligus mendukung pertanian ramah lingkungan.
Program ini tidak hanya berhenti di sini. Tim mahasiswa berharap pengolahan limbah baglog ini dapat diadopsi secara luas oleh masyarakat Desa Ngargogondo dan desa lainnya di sekitar Kecamatan Borobudur. Dengan begitu, manfaat lingkungan dan ekonomi dapat dirasakan lebih banyak orang.
Dengan langkah kecil dari mahasiswa Universitas Tidar ini, Desa Ngargogondo menjadi contoh nyata bahwa inovasi lokal mampu memberikan dampak besar bagi lingkungan dan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H