Mohon tunggu...
Amelia Dwikristia Ningsih
Amelia Dwikristia Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Halo perkenalkan Nama saya Amelia Dwikristia Ningsih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pulau Lontor dan Timpa Kesengsaraan

20 Juli 2024   20:04 Diperbarui: 20 Juli 2024   20:07 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Novel yang berjudul Tambera, merupakan sejarah keberlangsungan hidup para masyarakat Belanda pada awal abad tujuh belas. Novel Tambera pertama kali dicetak pada tahun 1949, yang di mana merupakan zaman revolusi bangsa Indonesia. Tambera merupakan nama bocah yang terdapat dalam novel tersebut, merupakan anak kepala kampung Pulau Lontor. Tambera mempunyai kawan dekat bernama Wadela. Keseharian Tambera dan Wadela selalu bermain Bersama dan pergi Bersama-sama. 

Hingga pada suatu ketika Tambera selalu diganggu oleh anak inggris bernama Vizano. Bapaknya Vizano merupakan tuan yang selalu membeli hasil-hasil Bumi. Awal-mula orang-orang keturunan Belanda, Spanyol dan Portugis mereka bersahabat dengan baik dengan keturunan orang Indonesia asli atau warga pribumi, karena mereka menginginkan hasil bumi di wilayah tersebut yaitu pala. 

Para warga pribumi dan bangsa asing tersebut melakukan kerjasama dengan menjual dan mendapatkan uang. Namun pada suatu ketika bangsa asing tersebut malah menyalahgunakan kebaikan para warga pribumi dan malah terjadi kerugian. Penulis menyampaikan sejarah dan cerita yang dialami oleh bangsa Indonesia. Berawal dari perdagangan dan melalu istilah "barter" para pribumi tertipu daya oleh para bangsawan asing. Melalui novel ini di singgung kongsi dagang pada zaman dahulu atau VOC yang dipegang oleh para bangsawan dan mereka semena-mena menentukan harga jual. 

Diantaranya banyak sekali kesengsaraan yang terjadi di dalam novel ini, kegelisahan, kebohongan dan melawan takdir kecintaan. Konflik yang terjadi dalam cerita ini pun terstruktur dan terarah. Pada bab pertama yang berjudul "Keluarga Imbata" terdapat konflik bahwa wadela sepupunya tambera pergi meninggalkan rumah Bersama bapak Swamin. Sejak hari itu Tambera merasa sangat kesepian, tidak ada teman bermain dan selalu besedih, sejak wadela pergi tidak ada lagi bercerita ke pada laut yang kian selalu berdebur ombak, sehari-hari tambera selalu sedih dan terlihat murung, tidak ada teman untuk sekedar bercakap. 

Sejarah Indonesia mencatat banyaknya hasil pribumi yang diambil oleh bangsa asing, awal mula di berikan timbal balik, namun seiring berjalan nya waktu, para orang-orang asing itu justru malaj mengambil alih kebun-kebun dan hasil pribumi dari warga asli Indonesia. 

Novel Tambera menjelaskan dikit banyak nya tentang yang terkandung dalam sejarah Indonesia, tanah mereka habis dijarah dan dimanfaatkan sedemikian untuk kepentingan pribadi. Terdapat tokoh bernama Wilington yang sedari awal sudah bekerja sama dengan keluarga Tambera untuk hasil Pala. 

Untuk terus membujuk Imbata yang merupakan kepala kampung, pada akhirnya Imbata luluh dan memberikan selatar tanah kepada Tuan Van Speult, yang merupakan Tuan untuk membujuk Imbata. Alih-alih mendapatkan kebaikan dari Imbata malah ornag-orang asing tersebut malah keluarga Imabata mendapatkan timbal Buruk. Hingga kala itu hadir kampung tersebut menjadi penuh kegelapan dan kekejaman dari bangsa-bangsa asing. 

Tambera yang seharusnya  menjadi pembela saat tanah nya diambil alih oleh para bangsa asing tersebut, Tambera malah jatuh hati dengan perempuan Belanda yang bernama Clara, yang tidak lain Clara adalah keponakan Tuan Van Speult. Karena pada sedia kala Wadela adik sepupunya Tambera pergi dan tidak tahu akan kembali kapan, sebab hal itu dari hari kepergian wadela Tambera merasa kesepian. Saat melihat Clara, Tambera merasa terobati oleh kerinduan yang selama ini di pendam. 

Ternyata hari demi hari dilalui kedekatan Clara dan Tambera semakin terpancar. Clara yang senantiasa mengajarkan membaca, serta ilmu pengetahuan yang luas. Kesatuan mereka berubah menajdi cinta yang utuh. Walau Tambera tahu keluarga nya melarang keras untuk dekat dengan Clara yang diartikan sebagai manusia pembawa bencana pada kampung nya. Namun mau dikatakan apa lagi, Tambera selalu berusaha dan akhirnya bergabung dengan tantara VOC yang merupakan kongsi dagang Hindia Belanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun