Pada kesempatan ini, saya akan meninjau ulang dari keseluruhan materi Dasar-dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan mengkoneksikan pemikiran dengan mata kuliah Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan Indonesia.
Kesimpulan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran adalah proses memanusiakan manusia sehingga harus memerdekakan setiap individu baik dari segala aspek kehidupan dengan melalui kegiatan pembelajaran dan berfokus pada mengembangkan karakteristik para siswa.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan anak berkaitan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Pembelajaran pada kodrat alam terkait dengan potensi peserta didik, ras atau suku, hingga karkateristik lingkungan budaya mereka, sehingga kita sebagai pendidik harus memberikan teladan yang baik dengan harapan peserta didik dapat meneladaninya dalam membentuk karakter mereka. Kodrat zaman dapat disesuaikan dengan perkembangan teknologi dengan menggunakan fasilitas dan perangkat yang canggih agar peserta didik dapat menyesuaikan dan memiliki keterampilan di era society 5.0 saat ini , serta menyesuaikan konten dan media pembelajaran yang kekinian sebagai daya tarik minat peserta didik. Namun pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Pendidikan dengan sistem among, yaitu menyokong kodrat alamnya anak-anak yang kita didik, agar dapat mengembangkan hidupnya lahir dan batin menurut kodratnya sendiri-sendiri. Memberikan contoh tentang baik dan buruk tanpa harus mengambil hak peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang merdeka sesuai dengan dasarnya. Sistem ini juga selaras dengan kurikulum di Indonesia yang sedang diterapkan di sekolah yaitu kurikulum merdeka.
Tripusat pendidikan adalah pendidikan yang diterima anak terdapat dalam tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sehingga guru dapat menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dengan kondisi sosio kultural peserta didik dan memperhatikan dari perbedaan budaya yang ada untuk dapat dijadikan sikap toleransi. Selain itu juga mengajarkan budi pekerti, budi pekerti merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Keluarga menjadi tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi pekerti (pembentukan watak individual).
Peran guru adalah mendampingi tumbuh kembangnya kemampuan peserta didik, membantu dalam menemukan budi pekerti atau watak baik peserta didik, berkolaborasi mengembangkan potensi peserta didik dalam mencapai tujuan), dan semboyan dari Ki Hadjar Dewantara yakniÂ
Ing Ngarso Sung Tulodho
(di depan memberi teladan)
Ing Madyo Mangun Karso
(di tengah membangun kehendak)
Tut Wuri Handayani
(di belakang memberi dorongan)
Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
- Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari topik ini?
- Peserta didik adalah subjek dari pendidikan.
- Pembelajaran cenderung berorientasi pada guru.
- Proses pembelajaran masih terdapat menggunakan model kontekstual yang membosankan bagi peserta didik.
- Konten didapat dari guru dengan memberikan penjelasan secara lisan.
- Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini?
- Pendidikan dan pengajaran disesuaikan dengan kebutuhan belajar peserta didik.
- Proses pembelajaran harus menerapkan sistem among, di mana peserta didik diberi kebebasan akan bagaimana belajarnya sehingga mereka tidak merasa tertekan dan merdeka dalam belajarnya.
- Setiap individu memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda, sehingga proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan gaya belajar, minat, dan karakteristik mereka agar mencapai pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
- Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan pemikiran KHD?
- Menjadi teladan yang baik bagi peserta didik sehingga mereka dapat menerapkan nilai karakter dan budi pekerti luhur.
- Peserta didik diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi pengetahuannya.
- Guru sebagai fasilitator dapat meningkatkan mutu dan kompetensi diri.
- Menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan memperhatikan kebutuhan dan karakteristiknya.
- Memberikan dorongan berupa motivasi atau penguatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H