Waktu tertentu seperti adanya diskon di hari tertentu dapat meningkatkan resiko impulsive buying. Dengan adanya diskon pada hari tertentu mengakibatkan orang akan belanja lebih banyak pada hari tersebut, padahal jika dilihat kembali barang-barang yang dibeli tidak sesuai dengan kebtutuhannya. Istilah dalam kegiatan tersebut biasanya dikenal dalam masyarakat dengan sebutan "kalap".
Cara Berfikir
Cara berfikir seseorang yang akan menentukan mereka akan membeli barang yang sesuai kebutuhan atau tidak. Orang yang memiliki rich mindset akan membeli barang-barang yang hanya sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan, sementara itu orang dengan poor mindset mereka membeli barang kebutuhannya dengan harga dan jumlah yang tidak sesuai dengan kapasitas nya. Biasanya poor mindset membeli barang-barang mahal bahkan rela hingga meyicilnya yang hanya digunakan untuk memberikan perhatian kepada orang lain agar terlihat lebih tinggi statusnya.
Oleh sebab itu, dalam melakukan kegiatan promosi atau marketing pihak perusahaan menggunakan sarana emosional dalam menggoda calon pembelinya. Sebab tingkat kemungkinan seseoranng yang melihat iklan tersebut dan berubah menjadi sebuah penjualan akan meningkat. Ada dua subjek yang bisa dijadikan sebagai pemicu munculnya impulsive buying yaitu pembeli dan juga penjualnya. Pembeli akan memutuskan untuk melakukan pembelian dengan rasional atau dengan emosional. Jika dilakukan secara emosional maka pembeli tersebut telah termakan oleh strategi penjual
  Impulsive buying merupakan suatu aktifitas membeli barang tanpa adanya tujuan barang tersebut dibeli dan tidak melakukan penilaian baik dari segi fungsi, harga, dan tujuannya. Bisa dikatakan impulsieve buying merupakan suatu kegiatan yang didasarkan kepada emosional seseorang disaat melakukan belanja baik secara online maupun secara langsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H