Mohon tunggu...
Amelia Zulfiani
Amelia Zulfiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Pena Berbicara Lebih Lantang daripada Suara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gereja vs Filsafat: Pergolakan Abad Pertengahan

20 Desember 2022   18:00 Diperbarui: 20 Desember 2022   18:02 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam lintas sejarah filsafat, terdapat beberapa pembagian periode yang membatasi mainstream pemikiran, diantaranya dimulai dari periode Kosmosentris, Teosentris, Antroposentris, dan Logosentris.

Periode Kosmosentris ditandai dengan pusat kajian yang berfokus pada pemikiran filsafat alam yang hakikatnya disebut arche berasal dari realitas. Setelah periode ini, muncullah Teosentris, ditandai dengan peralihan pusat realitas yang pada mulanya dipusatkan kepada alam, kemudian dialihkan kepada Tuhan. Pada periode ini ditandai dengan kejayaan umat Kristiani. Namun, bagi filsafat merupakan Masa Kegelapan (The Dark Ages), dimana abad pertengahan mengalami tertutupnya intelektual dan rasionalitas manusia oleh dogma dan doktrin - doktrin gereja.

Kondisi Filsafat Abad Pertengahan

Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (dimulai pada abad ke-5 M) belum memunculkan ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, muncullah para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Filsafat Barat Abad Pertengahan (467 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “Dark Ages”. Pendapat ini disarankan pada pendekatan sejarah gereja. 

Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk berpikir. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakan akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama karena mereka menganggap bahwa tidak ada kebenaran lebih baik daripada wahyu dari Tuhan. 

Oleh karena itu, kajian tentang agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak dari gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengadilan (inkuisisi).

Di abad pertengahan ada 2 unsur yang mencolok yaitu, pertentangan antara Kaisar dan Paus. Selama seluruh abad pertengahan dan penguasa itu, sang Kaisar sebagai penguasa duniawi dan Paus sebagai penguasa rohani saling bersaing, dan memperebutkan kekuasaan. Hingga pemikiran yang terjadi pada masa abad pertengahan ini, diawali dengan pemikiran dipimpin oleh Gereja, berfilsafat hanya dengan ajaran Aristoteles, dan berfilsafat dengan pertolongan dari Augustinus dan tokoh lainnya pada masa itu.

Masa pertengahan sejarah Eropa dimulai dari abad ke-5 M hingga abad ke-15 M. seiring dengan lahirnya era baru dalam sejarah Eropa yang disebut masa Renaissance. Permulaan dan akhir era itu ditandai dengan terbaginya dan berakhirnya kekaisaran Romawi Suci. Pada era itu, para kaisar harus patuh dan taat pada perintah agama, khususnya Paus sebagai wakil Tuhan di dunia, serta harus membangun gereja sebagai tempat berkembangnya agama Kristen. 

Salah seorang tokoh sejarawan yang dipandang mewakili era ini adalah Augustinus. Ia adalah penganut agama Kristen yang taat dan saleh. Berkat kesalehannya, ia ditahbiskan sebagai uskup di Hippo pada 396 M menggantikan uskup Valerius. Ia memegang jabatan ini hingga akhir hayatnya pada tahun 430 M. Di tengah - tengah kesibukannya sebagai uskup, ia menyempatkan diri untuk menulis.

Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama kristen yang diajarkan Nabi Isa as, pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Agama kristen menjadi problematika kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhan lah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal, mereka belum mengenai adanya wahyu.

Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, disisi lain, dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun