Aliran Mu'tazilah dikenal sebagai aliran yang mempercayai kemampuan dan kekuatan akal. Setiap masalah yang timbul akan dihadapkan kepada akal, yang dapat diterima akal akan diterima mereka dan yang tidak dapat diterima akal akan ditolak sehingga pemikiran yang dikembangkan rasional dan bebas.
 Mu'tazillah Didirikan oleh Washil bin Atha' pada abad ke-8 dengan konsep pemikiran yang menekankan pada penggunaan akal dalam memahami ajaran Islam. Menurut Mu'tazillah, Tuhan memberikan kebebasan pada manusia untuk menentukan kehendak yang mendorong seseorang untuk berpikir kritis dan rasionalis dalam beragama.
Â
Mu'tazilah memiliki lima prinsip utama, yaituÂ
1.At-Tauhid (pengesaan Tuhan)
2.Al-'Adl (keadilan Tuhan)
3.Al-Wa'ad wa al-Wa'id (janji dan ancaman Tuhan)
4.Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi antara dua posisi)
5.Al-Amr bi al-Ma'ruf wa al-Nahy an al-Munkar (menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran)
Prinsip-prinsip ini berkontribusi dalam pembentukan dasar-dasar ilmu kalam dan diskusi teologis di kalangan umat Islam.
Aliran Mu'tazilah sangat berpengaruh dalam masyarakat Islam, terutama dalam perkembangan pemikiran sosial dan ilmu agama. Dalam konteks politik, Mu'tazilah pernah mendapatkan dukungan dari khalifah Abbasiyah, seperti Al-Ma'mun, yang menjadikan ajaran mereka sebagai mazhab resmi negara. Di Indonesia Mu'tazillah berpengaruh dalam berbagai bidang.Penerapan berpikir rasional dalam beragama memperbarui cara pandang umat muslim terhadap agama. Hal ini didukung dengan dorongan dari Harun Nasution dalam menekankan bahwa islam harus dipahami tidak hanya berdasarkan tradisi semata tetapi harus dipahami secara rasional juga sehingga membuka ruang untuk menggunakan akal dalam memahami ajaran agama bagi umat muslim.Â