Mohon tunggu...
xaliza
xaliza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sporty,Writing,Reading,Music,Gaming,

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Waktuku Dengannya

14 September 2024   11:30 Diperbarui: 14 September 2024   13:43 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bagian satu: Rotasi

Hari itu... Setelah ospek penerimaan siswa baru (2019) di sekolah baru ku yang ke-3 pada jenjang SMA, yang seharusnya jadi hari yang biasa saja pada umumnya. Tapi cita-citaku untuk menjadi pribadi yang berbeda dari sebelumnya sirna. Iya, hari itu aku tampak konyol. Dengan baju putih abu-abu ku di hari sabtu dan kepala pelontos. Menjadi yang paling berbeda di antara yang lainnya. Rambut rapih klimis dan seragam pramuka, mereka benar-benar akan menertawaiku. Rasanya ingin mengakhiri hari itu dengan cepat. Mungkin kalian ingin tahu mengapa aku bisa seperti itu?! Itu karena seragam pramuka untuk hari sabtu ku masih basah karena ku cuci semalam, dan aturan ospek yang mengharuskan ku mencukur habis rambut ku yang keren itu. Payah, semua ekspetasi untuk menjadi idola baru di sekolah itu sirna.

Di tahun itu aku masuk sebagai murid baru di kelas-11. Awalnya aku belum tahu kelasku yang mana, aku di panggil ke TU lalu kami berbincang soal kelas ku. Staff TU itu bertanya padaku:"kamu mau ngambil jurusan apa dek" (Tanya Staff TU). Aku bingung dengan semua persoalan ini, tapi aku masa bodoh karena tidak mau membuang banyak waktu di ruangan yang asing itu. Lalu aku menjawab:"IPA aja buk" (Jawabku) "IPA kayaknya, kelasnya udah penuh dek. Gimana kalo kamu masuk di BAHASA saja? Kebetulan ini ada wali kelas nya (sambil menunjuk ke arah pria dewasa dengan kepala pelontos yang mengkilap)" (Jawab Staff TU) aku benar-benar merasa ini sangat membuang waktu ku. Aku tahu siasatnya, mengapa tidak langsung saja menawariku kelas itu dari awal. "Iya buk boleh" (Jawabku). Lalu aku di minta untuk mengikuti pria itu, yang adalah wali kelasku di kelas-11 BAHASA nanti nya.

Akhirnya akupun tiba di kelas itu. Kelas yang jauh dari lapangan tengah sekolah dan kantin. Rasanya aku ingin pulang saat itu juga, semua mata tertuju padaku. Gilanya, kelas itu benar-benar di dominasi oleh perempuan, mulai dari kelas-10 hingga kelas-12. Dan kelas kami berdampingan, sperti tetangga yang tidak pernah aku inginkan. Siswi kelas-12 mulai menggodaku, malu rasanya, apalagi dengan penampilan yang berbeda, nampak seperti anak yang cupu dan siap untuk di bully. Aku pun tiba di depan pintu kelasku, aku berhenti sejenak dan memandangi mereka yang ada di dalam kelas itu, aku pun tak tahu kenapa aku melakukan itu. Aku belum di suruh oleh wali kelasku untuk memperkenalkan diri secara resmi di depan kelas seperti anak baru pada umumnya. Dia hanya mengantarku ke kelas itu dan memperkenalkan ku kepada teman-teman lainnya begitu saja lalu pergi. Itu karena kelas belum di mulai secara resmi hari itu. Hanya hari yang penuh jam kosong dan wajah baru.

Akupun duduk di bangku yang di tunjukkan sebelum nya oleh wali kelasku. Bangku paling depan dan paling pojok di sebelah kiri, tepat berhadapan dengan meja guru. Yang ada di dalam kepala ku hanyalah kutukan untuk hari itu, benar-benar menyebalkan. Lalu datanglah anak laki-laki di kelasku yang nanti pastinya jadi temanku, begitu juga dengan anak yang menjadi teman sebangku ku. Rasanya benar-benar awkward. Mereka seperti ingin mengintimidasi ku lalu yang lainnya berusaha terlihat seperti pemeran utama dalam serial drama korea. Benar-benar membuatku gila, aku tidak tahan dengan hal-hal seperti itu. Dan lebih parahnya lagi anak yang menjadi teman sebangku ku yang adalah seorang wibu, penggemar berat anime dan ahk. Aku hanya ingin pulang saat itu. Lalu aku mulai mengalihkan semua perhatian ku pada anak laki-laki di dalam kelasku. Aku tidak mau menilai mereka lebih buruk lagi di dalam kepala ku. Tiba-tiba beberapa anak perempuan juga mulai untuk berusaha berbicara kepada ku. Tak ada banyak kata yang aku ucapkan kepada mereka selain siapa namaku dan dari mana asalku.

Dan akhirnya, pertemuan yang membuat ku sekilas merasa berada dalam sebuah take film dan sutradara yang akan mengatakan cut. Tiba-tiba seseorang memanggilku tepat dari bangku di belakangku. Dua anak perempuan, sepasang sahabat, dapat ku tebak karena mereka benar-benar terlihat seperti itu. Mereka baru saja tiba dari kantin untuk membeli makanan. Setelah berpaling ke arah mereka, sperti anak laki-laki pada umumnya, dengan suara hati aku berkata, mereka berdua benar-benar cantik. Lalu salah satunya mulai menanyaiku, pertanyaan yang sama dengan anak-anak yang lainnya, sambil makan dan mengunyah di hadapanku. Sekilas aku melihatnya sangat menjijikkan, tapi dengan paras mereka, mereka tidak memikirkan itu. Aku tidak menanyakan nama mereka berdua dan mereka pun tidak mengatakan nama mereka. Aku hanya mengetahuinya ketika mereka saling memanggil. Yang satunya hanya terus makan dan menjawab candaan yang satunya lagi. Ku pikir dia orang yang cuek tapi ternyata tidak. Mereka benar-benar sefrekuensi, yang satu sebagai juru bicara dan yang satunya lagi sebagai pelengkap. Singkatnya, hari itu pun berakhir, hari yang melelahkan untuk berkenalan dan menilai banyak orang dalam kepalaku. Beberapa haripun berlalu, aku dan semua yang ada di dalam kelas itu sudah saling kenal dan menjadi teman. Hingga akhirnya aku sadar,.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun