Mohon tunggu...
Amelia RachmiMaulidah
Amelia RachmiMaulidah Mohon Tunggu... -

Penikmat Sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyoroti Guru dan Murid di Era Millenial

23 Februari 2019   13:54 Diperbarui: 23 Februari 2019   14:37 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo readers setia yang selalu update berita di tanah air tercinta ini.

Disini saya yang masih tergolong penulis amatiran yang masih banyak belajar, akan menuliskan sedikit ya kalau bisa dibilang itu hot news yang beredar akhir-akhir ini.

Hot news ini sebenarnya hampir dalam 1 bulan belakangan terjadi,dan semua itu tidak luput dari sorotan, baik medsos, koran, bahkan televisi. Dan ini membuat utamanya saya sebagai mahasiswa atau bisa dibilang Maba geram atas tindakan yang melampaui batas itu. Iya, tepatnya beberapa minggu yang lalu terdapat hot news yakni seorang siswa yang menantang gurunya, bahkan sempat juga berkata kasar kepada guru tersebut. Dan yang menjengkelkan, siswa yang lain malah tidak menahan anak yang bersikap kurang ajar kepada gurunya, malah mereka menyoraki dan mengupload ke medsos.

Beberapa hari kemarin juga terjadi lagi, yakni  seorang siswa yang menantang gurunya dan bahkan itu saat pelajaran berlangsung, siswa itu pun juga tidak segan-segan menginjak-injak tas sang guru. Bahkan ada berita yang terjadi di tahun kemarin, yakni seorang guru yang dilaporkan oleh orang tua siswa untuk dimasukkan ke sel tahanan. Guru ini dituduh telah memarahi dan menjewer seorang siswa yang tak lain adalah anak dari orang tua tersebut. Namun ini disangkal oleh seorang siswa yang menjadi sanksi, bahwa yang bersalah memang siswa tersebut, karena seringnya tidak mengerjakan PR dan tidak pernah mendengarkan penjelasan saat guru memberikan pelajaran.

Dalam berita ini kesimpulannya yaitu sama,siswa tidak suka saat gurunya memberikan nasehat, padahal nasehat itu untuk kebaikannya kelak bukan untuk sang guru atau siapapun. Setelah saya telusuri juga, guru yang sudah diperlakukan kurang baik terhadap siswanya hanya seorang honorer, yang gajinya mencukupi seperlunya. Namun dia punya bekal ilmu dan kemauan serta tekad yang kuat untuk mencerdaskan penerus bangsa ini, baik cerdas pikiran maupun cerdas akhlaknya.

Lantas apakah kita pantas berbuat seperti itu kepada guru kita?

Dan apakah pantas seorang guru digugat bahkan dilaporkan hanya karena memarahi atau menjewer?

Di era millenial yaitu era 2000-an ini memang perkembangan dari segala aspek mulai kita rasakan,pengaruh globalisasi semakin mendunia, namun perlu disayangkan dalam satu aspek yang masih bobrok yakni 'akhlak'. Benar memang jika negara kita tercinta ini menerapkan mengenai kurikulum yang mana bila pintar namun tidak dibarengi dengan akhlak yang baik,maka nilai yang katakanlah diharapkan tak akan tergapai dengan mudah.

Ini memberikan gambaran bahwa sepintar apapun jikalau akhlaknya masih nol besar maka belum bisa dikatakan penerus bangsa yang baik. Akhlak juga merupakan suatu dasar yang ada diri manusia. Belum dikatakan manusia dan bermoral jika tidak dibarengi dengan akhlak yang baik. Karena dari akhlak itu tersendiri akan tercermin bagaimana nanti perkembangan atau perjalanan selanjutnya ke jenjang atau tahapan yang lebih serius, bahkan bila mumpuni menjadi salah satu pemimpin di negara kita ini.

Menyingung masalah akhlak di era millenial ini perlu bahkan wajib karena di era millenial ini tidak semuanya pengaruh globalisasi membawa dampak positif,namun adakalanya yang berdampak negatif.

Karena ini menyangkut kepada akhlak,jadi sudah sepatutnya sebagai siswa atau penerus bangsa untuk mempelajari atau kalau perlu mengkaji secara mendalam bagaimana sopan santun,andap asornya kepada seorang guru.

Dalam kitab Ta'lim Muta'alim karya Syeikh Az Zarnuji terdapat adab terhadap guru yakni, jangan menyakiti hati guru karena ilmu yang dipelajarinya tidak akan berkah. Syeikh Ahmad Imam Nawawi pun menjelaskan adab terhadap guru yakni,murid harus taat kepada guru di dalam perkara yang halal.

Dalam pendapat dua syeikh itu sudah di singgung secara pasti  bahwa bagaimana kita sebagai penerus bangsa untuk memantaskan diri kita kepada guru,bahkan lisan atau perbuatan kita harus senantiasa dijaga agar tidak menyakiti guru, karena jikalau sudah menyakitinya, bahkan itu dengan perkataan yang kasar atau makian, maka ilmu yang di dapat pun tidak akan barokah atau bermanfaat. Dan tidak lupa pula menjalankan apa yang guru perintahkan kepada kita, selagi itu baik dan tidak menjerumuskan kepada hal yang tercela,maka patut untuk menjalankannya.

Di saat guru memarahi kita, ambil sisi positifnya karena mungkin kita tidak patuh pada perkataannya, sehingga guru kita mengambil cara yang lebih tegas. Sejujurnya dari survei yang sudah saya temui dan wawancarai dari guru tingkat dasar sampai tinggi, kesemuanya itu tidak tega saat memarahi siswanya, bahkan menjewer atau mencubit, itu semua dilakukan guna mendidik siswanya agar menjadi yang lebih bermoral. Karena menjadi guru itu tidak mudah, ada beban tersendiri yakni membuat para anak didiknya bermoral dan bermartabat serta pintar atau cerdas menjadi nilai plusnya.

Dari seorang guru kita dapat mengambil ilmu dan akhlaknya, jadi ilmu yang diajarkan yang akan bermanfaat serta akhlaqul karimah dalam dirinya, semua itu bisa didapatkan apabila sopan santun andap asornya kepada guru. Karena guru tak pernah meminta lebih kepada muridnya cukuplah memiliki ilmu yang bermanfaat berguna bagi nusa bangsa, serta berakhlak mulia.

Itu saja cukup membuat guru bangga tanpa imbalan apapun dari muridnya. Karena sudah selayaknya seorang guru itu memberikan arahan dari belakang, menciptakan ide dari tengah, dan memberikan teladan dari depan, seperti kutipan semboyan Ki Hajar Dewantara ing ngarso sung tulada,ing madya mangun karso, tut wuri handayani.

Dari artikel yang sudah yang tulis ini dapat disimpulkan bahwa akhlak sopan santunya kepada guru diperlukan, karena pintar saja jika tanpa akhlak yang baik tak akan seimbang. Begitupun guru juga yang memiliki semboyan yang telah dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara sepantasnya menjalankan seperti mestinya. Jadi antara guru dan siswa saling memberikan hubungan atau timbal balik,siswa menghormati guru,maka guru pun akan menghormati siswanya juga. Seperti halnya dalam  teori simbiosis multualisme yang mana kedua belah pihak saling menguntungkan.

Cukup sekian dari apa yang saya tuliskan,semoga bermanfaat bagi para reader.

Salam pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun