Ketika mendengar kata "pesantren" pasti tidak terlepas dari kata "santri" bayangan apa yang muncul di benakmu ketika mendengar kata santri?
Mungkin ada yang langsung teringat sosok berbaju putih, berkopiah, khusyuk membaca kitab kuning di sebuah pesantren. Atau mungkin ada yang teringat wajah-wajah lugu anak-anak yang sedang mengaji di sebuah surau.
Ketika di tanya hidup di luar atau di penjara dalam penjara suci menjadi seorang santri? Kita semua punya pilihan hidup masing-masing. Ada yang memilih jalan ramai, penuh tantangan di luar sana. Ada juga yang memilih jalan lebih tenang, belajar agama di pesantren. Mana yang lebih baik? Sebenarnya, nggak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Semua tergantung kita sendiri.
Hidup di luar tembok pesantren menawarkan kebebasan yang tak bisa di tolak. Kita bebas mengejar impian, mengeksplorasi minat, dan membangun jaringan sosial yang luas. Dunia luar penuh dengan peluang, tantangan, dan pengalaman yang membentuk kita menjadi pribadi yang lebih mandiri dan tangguh. Namun, kebebasan ini juga datang dengan harga. Kita harus berjuang keras untuk mencapai kesuksesan, menghadapi persaingan yang ketat, dan terkadang terjebak dalam arus hedonisme dan materialisme. Nilai-nilai moral dan spiritual mungkin terkikis dalam hiruk pikuk kehidupan modern.
Di balik tembok pesantren, terbentang kehidupan yang berbeda. Suasana yang tenang dan kondusif memungkinkan fokus pada pengembangan spiritual dan intelektual. Disiplin yang ketat dan bimbingan para kyai membentuk karakter yang kuat, berlandaskan nilai-nilai agama dan moral. Santri belajar bukan hanya ilmu agama, tapi juga ilmu kehidupan, membangun fondasi yang kokoh untuk menghadapi tantangan masa depan. Namun, kehidupan di pesantren juga menuntut pengorbanan. Kebebasan individual dibatasi, dan kita harus beradaptasi dengan aturan dan budaya pesantren.
Jadi, pilih hidup di pesantren atau hidup diluar? Semua tergantung diri kita. Mau hidup bebas semau kita mengejar mimpi? Atau mau hidup tenang, fokus belajar agama dan jadi pribadi yang lebih baik? Kedua nya gaada yang salah baik hidup di luar atau menjadi seorang santri keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Jalan hidup di luar pesantren dan jalan hidup sebagai santri bukanlah pilihan yang saling eksklusif. Banyak santri yang sukses menggabungkan kedua dunia tersebut contohnya seperti Habiburrahman El Shirazy
penulis novel romansa islami Ayat Ayat Cinta dan Ketika Cinta bertasbih yang mengawali masa mudanya di Pondok Pesantren Al Anwar, Demak. Atau Abdurrahman Mohammad Fachir
Salah satu santri Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Jawa Timur dan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar beliau Sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia dalam Kabinet Kerja pada tahun (2014-2019) Selain menjadi Wamenlu, ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi. Ia juga sempat menduduki perutusan di KBRI Baghdad. Terakhir, ia menjabat sebagai duta besar Arab Saudi era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bahkan presiden ke-4 kita K.H. Abdurrahman Wahid atau gus dur juga adalah seorang santri. Mereka menyerap nilai-nilai positif dari pesantren dan mengaplikasikannya dalam kehidupan di luar. Mereka menjadi jembatan antara dunia tradisional dan modern, menunjukkan bahwa spiritualitas dan kemajuan tidaklah saling bertentangan.
Pada akhirnya, pilihan antara hidup di luar atau menjadi santri adalah keputusan pribadi yang harus dipertimbangkan dengan matang. Tidak ada jalan yang lebih baik atau lebih buruk, hanya ada jalan yang sesuai dengan karakter, tujuan hidup, dan komitmen masing-masing individu. Baik di dunia luar maupun di pesantren.
Yang penting adalah bagaimana kita mampu menyeimbangkan keduanya, menciptakan harmoni antara dunia batin dan dunia luar.
Kita juga harus tahu apa yang kita inginkan. harus punya tujuan hidup yang jelas. Mau jadi apa? Apa yang ingin kita capai? Setelah tahu itu, baru kita bisa memilih jalan hidup yang tepat. Dan, ingat, kita selalu bisa belajar dan berkembang, di mana pun kita berada asal kan kita mau berusaha.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI