Lawang Sewu pertama kali di bangun yaitu pada tahun 1904 oleh arsitek Belanda Jacob F. Klinkhamer. Bangunan lawang sewu ini bernuansa gaya belanda, dan juga sejarah bangunan nya juga memiliki banyak arti. Lawang Sewu mengusung gaya arsitektur Art Nouveau, yang ditandai dengan garis-garis yang elegan dan detail ornamen yang khas. Bangunan ini memiliki atap yang tinggi, banyak jendela, dan pintu besar yang mencolok, yang menciptakan kesan luas dan terang.Â
Membahas mengenai bangunan nya, Gedung ini memiliki dua lantai, dengan total lebih dari seratus pintu (meskipun jumlahnya tidak mencapai seribu), di dalamnya juga  terdapat beberapa ruang yang luas dan lorong-lorong panjang. Dalam sejarah fungsi dari bangunan lawang sewu yaitu pada awalnya didirikan sebagai pusat administrasi untuk Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), dimana gedung ini memainkan peran penting dalam pengembangan transportasi kereta api di Jawa.Â
 Fungsi dari bangunan lawang sewu sudah  dilengkapi dengan ruang kerja, ruang rapat, dan fasilitas lainnya untuk mendukung operasional perusahaan kereta api.Â
Pada Perang Dunia II gedung lawang sewu dikuasai oleh pendudukan Jepang, yaitu dengan gedung ini dialihfungsikan sebagai markas militer dan penjara, di mana banyak tahanan politik dan warga sipil yang disiksa. Setelah kemerdekaan, Lawang Sewu mengalami penurunan fungsi, namun tetap menjadi simbol sejarah yang penting bagi masyarakat Semarang. Setelah mengalami kerusakan, upaya restorasi dilakukan oleh pemerintah dan pihak terkait untuk menjaga keaslian bangunan.Â
Kemudian, Lawang sewu beralih fungsi menjadi destinasi wisata yang menarik dan bisa dikunjungi oleh masyarakat. Pada peranan lainnya agar lawang sewu di kenal banyak wisatan, media sosial dan platform digital juga berperan penting dalam mempromosikan Lawang Sewu sebagai objek wisata yang menarik. Tidak hanya melalui media sosial saja, komunitas lokal juga berperan aktif dalam mengembangkan wisata di Lawang Sewu, termasuk pemandu wisata yang berbagi pengetahuan tentang sejarah bangunan dan kisah-kisah menarik di sekitarnya.Â
Selain itu juga keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata membantu menciptakan rasa memiliki dan mendukung keberlanjutan pariwisata.
Dari adanya transformasi lawang sewu sebagai gedung bersejarah menjadi destinasi wisata membuat memberikan dampak positif pada ekonomi lokal, yaitu dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui sektor pariwisata. Tidak hanya itu saja, usaha kecil dan menengah (UKM) di sekitar Lawang Sewu juga mendapat manfaat dari peningkatan jumlah pengunjung.
Transformasi Lawang Sewu dari bangunan bersejarah menjadi tempat wisata populer adalah contoh bagaimana warisan budaya dapat dilestarikan sekaligus dimanfaatkan untuk menarik wisatawan. Dengan upaya restorasi, promosi yang efektif, dan keterlibatan komunitas, Lawang Sewu tidak hanya melestarikan sejarahnya, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan ekonomi lokal dan pengalaman budaya bagi pengunjung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H