Mohon tunggu...
Amee Widjaja
Amee Widjaja Mohon Tunggu... -

perempuan biasa: mencintai buku-buku dan jarang menyisir rambut.\r\n\r\nblog: januarijerami.blogspot.com\r\ntwitter : @ameenourma

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Untuk Pengamen di Hari Minggu

31 Januari 2012   11:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:14 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi untuk Pengamen di Hari Minggu

Aku melihatmu di sayup-sayup sesak bus kota
sedang memainkan balada tentang hidup manusia,
di percik lirikmu tersimpan aforisme bahwa manusia jangan menyerah,
separah perangah luka yang timbul muncul terus muncul tak pernah lelah

Saat itu, rasanya kau seperti tahu perasaanku di hari minggu itu,
bahwa hidupku sedang susah dengan cobaan Tuhan yang ber-adhesi dengan runtutan peristiwa akhir-akhir ini
Bahwa minggu lalu kakak perempuanku telah patah kakinya, bahwa dengan begitu terselip ketakutan bahwa ia tidak akan lagi berjalan dengan kakinya
Bahwa, selain itu baru saja, sebelum naik bus ini
aku bertengkar hebat dengan kakakku yang lain tentang masalah yang sangat prinsipil
Bahwa aku yang telah menyakini bahwa sebelumnya aku sangat bahagia
tapi kuanggap pernyataain itu Tuhan telah mematahkannya
degan sangat mudah

Tapi kau, si pengamen itu, bernyanyu dengan senyum bujuk rayu
agar orang-orang yang melihatmu ikut tersenyum juga
Tanpa ada seorang pun tahu, bahwa bisa saja kau punya kesedihan yang mendera-dera
semisal istrimu di rumah yang sedang sakit parah,
atau bayaran sekolah anakmu yang menunggak berbulan-bulan lamanya

Kita tak pernah tahu, kisah siapa yang lebih sedih dari kisah siapa,
tapi dengan mendengar lagumu dan melihatmu,
aku jadi tahu bahwa senyum adalah obat yang paling manjur untuk menyembuhkan berbagai luka

Tuhan, aku menyesal,
bukan karena apa yang telah engkau campur baur dalam hidupku,
tetapi karena aku sudah mengeluh dengan mengeluarkan beribu-ribu peluh

2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun