Kejadiannya ini merupakan kisah nyata yang aku alami ketika bulan ramadhan tahun ini. Tepatnya pada malam ke tiga saat aku memimpin jamaah untuk shalat tarawih. Awalnya sih biasa saja dan tidak ada perbedaan dengan malam-malam lainnya. Hingga kejadian itu terjadi baru aku bertanya-tanya kenapa orang-orang pada pulang? Apa karena benci atau karena tidak mau mendengar ceramah terlalu panjang.
Padahal aku baru bicara paling baru habis muqaddimah, lantas kenapa orang-orang pada pulang? Apakah itu menandakan kalau aku belum pantas untuk menjadi pemimpin yang harus di dengar atau karakter penduduknya memang tidak mau mendengarkan ceramah dari orang yang lebih muda dari mereka? Berbagai macam dugaan terlintas dalam hatiku (mengapa).
Akhirnya aku pulang dari tempat aku imamin tadi menuju tempat tinggalku di Lebak Bulus dan aku berharap agar ke depannya aku dapat lebih memperbaiki diri. Mungkin kejadian tadi merupakan bukti bahwa Tuhan sedang menugujiku atau bahkan merupakan peringatan terhadap kesalahan-kesalahanku di hari-hari sebelumnya.
Akan tetapi kejadian malam itu menjadikanku harus lebih giat mempelajari karakter masyarakat kita. Masyarakat yang terdiri dari berbagai macam latar belakang dan juga dengan jalur pemikiran yang juga berbeda. Inilah yang akan menjadi tantangan ulama masa depan yang harus menguasai berbagai macam ilmu dan tidak hanya fokus pada pembahasan klasik lagi. Ulama sekarang harus melebarkan ilmunya dan mempelajari ilmu sosial dan juga karakter bangsa ini sekaligus karakter masyarakat yang berbeda-beda ini.
Itulah sedikit kenangan yang terjadi pada malam ketiga ramadhan tahun ini. Semoga ke depan depan dapat menjadikanku semakin bijak dalam berdakwah dan tidak menjadikan ini sebagai rintangan. Berdakwah memang anjuran dari agama islam karena islam selalu menyuruh kepada kebajikan dan melarang berbuat kerusakan dan kekejian. Tapi berdakwah juga harus memperhatikan siapa orang yang kita dakwahi, dan juga berdakwah bukan bararti ceramah atau hanya mengkhutbahi orang. Tapi dakwah yang sebenarnya adalah “Memperbaiki diri” dan “Memperbaiki kualitas diri sendiri dan dengan sendirinya orang lain juga akan mengikuti jalan kita”. Wallahu a’lam
Selamat menjalankan puasa
“Puasa adalah momen terbaik untuk memperbaiki diri”.
Nama: Muhammad
Pekerjaan: Mahasiswa PTIQ Jakarta
Blog : http://kumpulan-tips-menarik.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H