Mohon tunggu...
amdy sukri
amdy sukri Mohon Tunggu... -

seorang yang berusaha untuk senantiasa bisa jujur apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat untuk Kawan Lama part 2

3 Desember 2013   19:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:22 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kawan lama,tadi malam aku ketemu dengan kawan lama kita,dia tak lagi seperti yang kukenal dulu.Dia yang kukenal sebagai sosok yang keras dalam melihat ketidakadilan,singa podium,orasinya yang tegas dan lugas dalam mencela tirani.Dia telah berubah kini dan aku tak mengerti
Kawan lama tahukah kau keadaan kawan lama kita itu,wajahnya penuh kerutan,tubuhnya kurus dan sedikit bungkuk sinar matanya yang dulu tajam yang memancarkan sinar optimis telah pudar berganti dengan sinar mata yang penuh cemas dan pesimistis.aku tak mengerti
Aku mencoba bercerita tentang kisah masa lalu,tapi dia menolaknya seraya berkata "hatiku sakit bila mengingat masa lalu".aku tak mengerti.
Kawan lama kita bercerita bahwa kehidupan yang keras telah merubahnya,hidupnya berlanjut dari menjadi tim sukses dari pilkada ke pilkada,teman lama kita sangat membenci stabilitas sebab stabilitas membuat pendapatannya terancam,dia suka bila terjadi konflik elit dengan itu berarti dia bisa terjun membela salah satu elit dan diapun bisa mendapat duit dari situ,dia berkata,apa yang aku bisa selain analisis ekopol,menggerakkan massa,dan menyusun strategi,waktu kuliah aku jarang masuk kelas sibuk dengan membela kepentinggan rakyat,dan hasilnya kini lulus kuliah dengan pengetahuan pas pasan cari kerja pun susah,jd aku menggunakan pengetahuan gerakan yg dulu kita pelajari bersama sambil menjilat para elit,sekarang aku tak lebih dari anjing....ya anjing seperti yg selalu kita katakan kepada para penjilat dikampus dulu,dia tertunduk aku melihat air matanya menetes.aku kembali tak mengerti
Kawan,dia berkata padaku,kau boleh mencibir dan mencaciku seperti yang dilakukan kawan yg lain tapi pernahkah mereka berpikir untuk membantuku ketika aku susah,pernah mereka berpikir memberiku kerja untuk menhidupi anak2ku dan istriku,pernahkah mereka berpikir mencariku ketika mereka telah sukses,tidak... tidak, mereka sebenarnya tak peduli..mereka hanya mencibir dan mencaciku dan sedikit membanggakan diri bahwa mereka masi suci jauh dari noda,setia pada garis besar haluan perjuanggan.
aku tambah tak mengerti
Kawan lama kita itu berkata,bahwa dia sangat menderita,apa yang dikerjakannya saat ini sangat berbeda dengan keyakinan yang masi tersisa dihati dan kepalanya,tapi ya hidup ini butuh makan.aku tambah tak mengerti
Kawan lama,sebelum kami berpisah kawan lama kita itu berkata,kau telah mengetauhui semuanya kini,dan pasti engkau berpikir betapa kotornya diriku,tapi bagaimana dengan orang yang mengaku sebagai kawanku yang tak peduli padaku berdosakah juga mereka.AKU PUN PURA PURA TAK MENGERTI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun