Mohon tunggu...
amdy sukri
amdy sukri Mohon Tunggu... -

seorang yang berusaha untuk senantiasa bisa jujur apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Zaman di Kaki Senja

30 November 2013   22:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:28 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Waktu berjalan seakan tak mengenal kompromi walaupun seorang filosof berkata bahwa “waktu itu semu dan tak abadi” tapi bagiku ia begitu menyesatkan dada.

Aku senantiasa mengenang masa lalu….ia masa lalu adalah penghiburku,walaupun waktu tak bisa kubalikkan tapi aku bisa mengenangnya,ketika semangat senantiasa bergelora dan energi dalam tubuh meledak-ledak meneriakkan “tidak” pada semua.

Romantisme masa lalu, kata kawanku, salahkah jika aku kenang masa di mana aku berlawan pada kebengisan zaman yang tirani, menindas, dan sampah.aku bahagia telah bermain-main dengan hidup atau memang aku tak peduli pada hidupku namun aku merasakan kebebasan, jiwa kurasakan melayang ke sana ke mari tanpa ada dinding-dinding yang mampu menghalanginya, aku bersorak, menari menantang sang waktu bahkan terkadang aku injak-injak.

Hari-hari itu telah berlalu,dan benih-benih yang kutabur dan kurawat telah membuatku kecewa,mereka tak berjiwa,walaupun berjiwa mereka tak merdeka,”adikku berkata,zaman telah berubah kanda,dan kami hanya mengikuti kehendak zaman,ujarnya”.ya,zaman telah berubah dan senantiasa berubah,tapi apakah spirit juga mesti berubah?oh,engkau akan mendapatkan cibiran dari generasiku,generasikupun menertawakanmu kanda,dan sekali lagi “ini zaman kami” zaman yang hanya dimengerti oleh anak zaman itu sendiri,aku hanya terdiam dan mataku kosong memandang masa depan yang kian kabur.sudalah kanda,zamanmu telah berlalu dan katakan selamat datang pada zaman kami.aku diam,percuma aku berkata-kata lagi,mereka tak mengerti akan spirit hidup seperti aku yang tak mengerti generasi mereka.aku letih,aku telah berakhir,haruslah aku berkompromi pada kehidupan zaman ini yang sampah,yang sebusuk zamanku dulu.matahari terbenam,langit memerah betapa indah sunset di kaki langit mengapa hidupku di waktu akhir tidak.

Zamanku telah di kaki senja dan aku senantiasa, senantiasa bermimpi akan lahir tunas-tunas baru yang berpikir merdeka,di mana dan kapan oleh rahim siapa aku tak peduli bahwa kelak dia akan menantang zaman yang congkak,terkadang aku takut pada mimpiku ini,aku takut mimpiku tak akan nyata mimpiku hanya kosong dan siapa aku?yang terlalu banyak berharap,aku bukanlah nabi,aku takut harapanku pupus,letih,gelap,walaupun hanya untuk bermimpi.ku coba kumpulkan serpihan semangat jiwa,dengan mengenang kembali masa lalu,masa lalu yang penuh dengan perjuangan.ya,aku ini bekas pejuang yang berani merelakan jiwa menantang zaman yang khianat pada kemanusiaan,tapi mengapa ketika zamanku beranjak ke kaki senja aku begitu rapuh,hidupku nelangsa,kesepian.di mana kawan-kawanku,mengapa kalian meninggalkanku apakah kalian tidak memendam rindu seprti aku,rindu akan kembali hadirnya pemberontakan dalam jiwa.

Aku mengenangmu,aku mengingat tawamu yang manis yang ditemani sepiring nasi berlauk indomie rebus yang kita santap bersama sambil berbicara rencana-rencana masa depan yang lebih baik.akhirnya engkaupun buyar seperti kenanganku yang lain dan aku tak mampu lagi menatap masa depan.aku terkalahkan oleh zaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun