Mohon tunggu...
Amelya Devita Sari
Amelya Devita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Keperawatan Universitas Airlangga

Saya memiliki sapaan Mely. Saya suka untuk memburu senja atau matahari tenggelam sehingga hal tersebut saya jadikan hobi dalam memotret dan mengedit foto.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pentingnya Komunikasi Terapeutik: Tenaga Medis & Tenaga Kesehatan Perlu Menerapkan

17 Juni 2024   15:33 Diperbarui: 17 Juni 2024   15:37 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/@freepik.com

A. Konsep Komunikasi Terapeutik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan menurut KBBI, terapeutik yakni berkaitan dengan terapi. Maka dari itu, komunikasi terapeutik merupakan interaksi antara terapis dan kliennya dengan tujuan membantu mereka mengatasi masalah, meningkatkan kesehatan mental, dan kesehatan emosional. Terapis yang dimaksud di sini yaitu para tenaga medis dan kesehatan seperti dokter, perawat, bidan, apoteker, ahli gizi, dan tenaga profesional kesehatan lainnya.

Proses berkomunikasi terapeutik meliputi mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami, memberikan dukungan, dan mengkomunikasikan empati dan penghargaan kepada klien. Penerapan komunikasi terapeutik bertujuan untuk membangun hubungan saling percaya dengan pasien maka dengan pendekatan ini, tenaga kesehatan dapat memberikan informasi yang akurat kepada pasien.

B. Manfaat Komunikasi Terapeutik

Lebih jauh dan lengkap, Dr. Yulidarl dalam Siregar (2021) mengatakan: Komunikasi terapeutik juga dapat memberikan manfaat, seperti:

1) Membantu pasien dalam mengendalikan emosi sehingga dapat membantu mempercepat penyembuhan dari upaya medis.

2) Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran akibat mengetahui penyakit yang dideritanya.

3) Membantu mengurangi keraguan juga dalam mengambil tindakan efektif dalam upaya medis.

4) Menciptakan komunikasi terapeutik yang dapat memberikan pelayanan prima (service excelent) sehingga kepuasan dan kesembuhan pasien dapat tercapai.

5) Menciptakan komunikasi yang menghasilkan kepuasan semua pihak yang terlibat yaitu dokter, perawat dan pasien.

C. Proses atau Tahap Komunikasi Terapeutik

Proses atau fase dalam berkomunikasi terapeutik menurut Berman dkk (2016) sebagai berikut.

Fase Prainteraksi

Fase prainteraksi mirip dengan tahap perencanaan sebelum wawancara. Dalam kebanyakan situasi, perawat mempunyai informasi tentang klien sebelum pertemuan tatap muka pertama. Informasi tersebut dapat mencakup nama klien, alamat, usia, riwayat kesehatan, dan/atau riwayat sosial. Perencanaan kunjungan awal dapat menimbulkan perasaan cemas pada perawat. Jika perawat mengenali perasaan ini dan mengidentifikasi informasi spesifik untuk didiskusikan, hasil positif dapat berkembang.

Fase Perkenalan

Fase perkenalan, juga disebut sebagai fase orientasi atau fase pra-bantuan, penting karena menentukan arah proses. Tugas penting lainnya dari fase perkenalan termasuk mengenal satu sama lain dan mengembangkan tingkat kepercayaan. Setelah perkenalan, tenaga kesehatan awalnya mungkin terlibat dalam beberapa interaksi sosial untuk membuat klien merasa nyaman. Misalnya, perawat dan klien mungkin berbicara tentang hari yang menyenangkan dan apa yang ingin mereka lakukan jika berada di rumah.

Fase Kerja

Fase kerja memiliki dua tahap besar: mengeksplorasi dan memahami pikiran dan perasaan, serta memfasilitasi dan mengambil tindakan. Perawat membantu klien untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan dan tindakan serta membantu klien merencanakan program tindakan untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan

Fase Terminasi

Fase pengakhiran suatu hubungan sering kali dianggap sulit dan penuh dengan ambivalensi. Namun, jika fase sebelumnya telah berkembang secara efektif, klien umumnya mempunyai pandangan positif dan merasa mampu menangani masalah secara mandiri. Banyak cara yang bisa digunakan untuk mengakhiri hubungan. Meringkas atau meninjau proses dapat menghasilkan rasa pencapaian.

D. Teknik Komunikasi Terapeutik

Teknik komunikasi terapeutik menurut Berman dkk (2016) sebagai berikut.

Menggunakan keheningan

Menerima jeda atau keheningan yang mungkin berlangsung selama beberapa detik atau menit tanpa menyela respons verbal apa pun.

Memberikan petunjuk umum

Menggunakan pernyataan atau pertanyaan yang mendorong klien untuk melakukan verbalisasi, memilih topik pembicaraan, dan memfasilitasi kelanjutan verbalisasi.

Menjadi spesifik dan tentatif

Membuat pernyataan yang bersifat spesifik dibandingkan umum, dan bersifat tentatif dibandingkan absolut.

Menggunakan pertanyaan terbuka

Mengajukan pertanyaan luas yang mengarahkan atau mengundang klien untuk mengeksplorasi (menguraikan, memperjelas, mendeskripsikan, membandingkan, atau mengilustrasikan) pikiran atau perasaan. Pertanyaan terbuka hanya menentukan topik yang akan dibahas dan mengundang jawaban lebih dari satu atau dua kata.

Menggunakan sentuhan

Memberikan bentuk sentuhan yang tepat untuk memperkuat perasaan peduli. Karena kontak taktil sangat bervariasi antar individu, keluarga, dan budaya, tenaga kesehatan harus peka terhadap perbedaan sikap dan praktik klien dan diri sendiri.

Menyatakan kembali atau memparafrasekan

Mendengarkan secara aktif pesan dasar klien dan kemudian mengulangi pikiran dan/atau perasaan tersebut dengan kata-kata yang serupa. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan telah mendengarkan dan memahami pesan dasar klien dan juga memberikan klien gambaran yang lebih jelas tentang apa yang mereka katakan.

E. Hambatan Komunikasi Terapeutik

Kneisl dan Trigoboff (2013) dalam Berman dkk (2016) menunjukkan hambatan mendengarkan berikut yang dapat menghalangi perawat mendengarkan apa yang dikatakan klien dan menghambat komunikasi terapeutik:

  • Berbicara terlalu banyak (rehearsing) terlalu sibuk memikirkan apa yang ingin Anda katakan.
  • Prihatin pada diri sendiri (being concerned with yourself) fokusnya harus pada klien
  • Berasumsi (assuming) berpikir bahwa Anda tahu apa yang "sebenarnya dimaksud" klien tanpa validasi
  • Mengkritisi (judging) membingkai apa yang Anda dengar atau lihat dalam kaitannya dengan penilaian Anda tentang klien sebagai tidak dewasa, depresi, dll.
  • Sibuk mengidentifikasi (identifying) berfokus pada pengalaman, perasaan, atau keyakinan Anda yang serupa
  • Keluar jalur (getting off track) mengubah topik pembicaraan jika Anda merasa tidak nyaman, bosan, atau lelah
  • Penapisan (filtering) mengabaikan atau hanya mendengarkan hal-hal tertentu saja


DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Fundamentals Of Nursing Tenth Edition. Hoboken: Julie Levim Alexander.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (N.D). Arti Kata Komunikasi. Diakses pada 1 Juni 2024. https://kbbi.web.id/komunikasi

Siregar, N. S. S. (2021). Komunikasi Terapeutik Bernuansa Islami. Scopindo Media Pustaka. Diakses pada 1 Juni 2024. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=PfAvEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA102&dq=beberapa+manfaat+komunikasi+terapeutik&ots=itVyBN2hfM&sig=zkaRD43u_sndzPe4jBDIcUy3eQ4&redir_esc=y#v=onepage&q=beberapa%20manfaat%20komunikasi%20terapeutik&f=false

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun