Mohon tunggu...
Dwi Ratih Kholishah
Dwi Ratih Kholishah Mohon Tunggu... -

Awalnya aku hanya seorang anak perempuan, kemudian aku menjadi pelayan masyarakat dan menikah dengan seorang aktivis sosial. dari perkawinan kami lahirlah seorang anak istimewa yamg samgat kami cintai bernama UWAIS ...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bukan Iklan Obat Pelangsing

6 Maret 2017   15:28 Diperbarui: 6 Maret 2017   15:33 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini bukan tentang iklan obat pelangsing, bukan pula promosi nutrisi serbuk pengurusan  badan atau nutrisi lain yang katanya dapat membantu penurunan Berat badan. Ini tentang gaya hidup,  lebih spesifik tentang pola makan. Foto yang sebelah kanan adalah saya pada tahun 2014  (orang yang mengenal saya pasti tahu jika kedua orang di foto itu adalah orang yang sama meski wajahnya tidak begitu jelas), dan foto yang kiri adalah foto saya sekarang (tahun 2017). Kenapa saya menulis ini karena banyak orang yang bertanya kepada saya tentang perubahan yang mereka anggap drastis tentang penampakan saya secara fisik. Terutama orang-orang yang bergaul secara intens di tahun-tahun tersebut.

Sebagai anak bungsu dari enam bersaudara saya memang memiliki perawakan bongsor sejak kecil, hingga beranjak remaja dan dewasa tetap memiliki penampilan yang lebih besar dibandingkan teman-teman sebaya atau dapat dikatakan “saya gemuk sejak kecil”. Faktor genetik, gaya hidup, pola makan dan kebiasaan-kebiasaan lain boleh jadi menjadi pemicu tubuh bongsor tersebut. Yang kemudian pola itu berlanjut hingga dewasa, secara fisik maupun psikologis saya sudah terbiasa gemuk, komentar orang tentang penampilan tak pernah menjadi soal karena memang itu kenyataan. 

Walaupun secara umum saya tidak mengalami kendala berarti dalam pergaulan, saya tetap bisa berkarya dan berprestas ’versi saya’. Tapi memang kadang ada saja perlakuan-perlakuan yang tidak diharapkan dari lingkungan namun saya anggap sebagai variasi dalam kehidupan, wajar karena tak ada manusia yang sempurna baik saya pribadi maupun mereka.

Memasuki usia dewasa, tepatnya setelah lulus kuliah bobot tubuh saya bertambah secara signifikan. Apalagi ketika sudah bekerja dan memiliki penghasilan yang lumayan. Komentar orang mengenai suburnya penampilan saya tak menjadi fikiran, bahkan ketika ada yang menyangkut pautkannya dengan masalah jodoh. Bersyukur saya kemudian bertemu jodoh yang tak mempermasalahakan tentang penampilan, kami memiliki kesamaan pandangan bahwa pasangan yang ideal itu yang memiliki agama yang baik bukan sekedar masalah penampilan. Selama kami berumahtangga pun suami tidak mempermasalahkan timbangan yang semakin geser ke kanan, bahkan kami berdua betul-betul menikmati gaya hidup kami waktu itu (dan timbangan kami berdua benar-benar geser ke kanan :-p ).

Pasca hamil, persalinan dan menyusui anak pertama kami, jika berat badan suami kembali normal karena mungkin sering ikutan begadang, sedangkan saya semakin menyentuh tiga digit di timbangan. Awalnya saya tidak terlalu peduli, suami juga tidak pernah mengeluhkan. namun ketika kami sepakat untuk memulai program anak kedua, saya mulai berfikir tentang berat badan. Tubuhpun sudah tak bisa di ajak lincah seperti dulu padahal aktifitas saya full setiap hari & pekan nya. Apa yang saya lakukan? Saya selalu mengkomunikasikan apa yang akan saya lakukan dengan pasangan saya, karena saya tahu pasti membutuhkan support sistem agar saya bisa konsisten (walau kadang tidak banyak membantu juga karena suka ngeyel :-D )

  • Saya  mengevaluasi seluruh gaya hidup saya seperti jarang olah raga, seneng ngemil (terutama yang manis-manis dan renyah-renyah (krispi)) dan makan/jajan diluar. Ini memakan waktu berbulan-bulan karena kebiasaan ini telah bertahun-tahun menjadi gaya hidup. Sepanjang tahun 2014 menjadi perjuangan tersendiri mengurangi bahkan meninggalkan kebiasaan lama.
  • Lalu saya ikut diet mayo dengan modifikasi sana-sini dan berhasil menggeser timbangan hampir 14 strip. Berarti sekitar 1 kilogram sehari karena diet mayo hanya dilakukan 14 hari saja.
  • Karena diet mayo tidak dapat dilakukan terus-menerus atau terlalu sering, saya beralih ke diet OCD yang waktu itu sedang booming. Dan hasilnya timbangan saya stagnan di angka 90kg. Merasa tidak ada kemajuan berarti bukan malah menaikkan semangat atau malah rajin olah raga saya malah mulai melirik gaya hidup lama dan berat badanpun yo-yo (naik turun). Malah berat badan sempat naik lagi ke angka 94kg.
  • Kemudian saya mencoba diet GM walau akhirnya menjadi diet Mayo (dua diet ini menurut saya prinsipnya mirip, karena sama-sama menjauhi garam Cuma GM lebih ribet), turun 6kg saja dan kemudian naik 2 kg setelah kembali ke pola makan normal.
  • Awal 2015 saya mencoba salah satu produk pelangsing herbal yang kebetulan suami menjadi member nya, awalnya karena ia ingin belajar menjadi terapis untuk anak kami. Namun hasilnya tidak menggembirakan karena pola makan tidak banyak berubah maka Berat badan hanya naik turun saja 1-2 kg.
  • Kakak ipar mengetahui saya mengkonsumsi obat pelangsing menyarankan saya mencoba yang lebih alami, karena ketika gadis memang saya punya pengalaman buruk dengan obat pelangsing karen menimbulkan gejala hipoglikemia. Yaitu, madu dan kayu manis namun hanya bertahan tidak lebih dari seminggu karena tidak tahan dengan bau kayu manis :-p
  • Di kuliah herbal suami mendapatkan informasi tentang Food Combining dan ternyata beberapa teman sudah mempraktekan pola makan ini dan berhasil lebih sehat dan dapat menurunkan berat badan. Saya mulai mencari tahu di internet dan menemukan grupnya di facebook. Saya gabung di grup bertanya dan mempelajari sampai akhirnya ikut FC juga. Ditambah olah raga setiap pagi sebelum sarapan. Awalnya rutin lari pagi namun karena badan masih terasa berat jadi kembali malas. Saya menjalani pola makan ini hampir 6 bulan lamanya (meski tidak selalu konsisten dan kadang cheating), hingga positif hamil di bulan maret 2016. Alhamdulillah sebelum hamil berat badan sudah di angka 80kg dan lebih enteng.
  • Selama hamil lumayan sulit mengontrol makanan, selain mudah lelah sehingga tidak rutin membuat jus dan menyiapkan lalapan yang memang cukup memakan waktu. Ditambah selera makan yang berubah alhasil berat badan naik 4kg. Namun d bulan keempat saya tidak dapat mempertahankan kehamilan. Mungkin seharusnya saya kembali ke pola makan FC namun karena masih diliputi rasa duka dan kebetulan bertepatan dengan lebaran akhirnya pola makan kembali kacau. Tidak teratur dan sering makan di luar. Berat badan naik 4 kg lagi sampai di angka 88 kg.
  • Tiga bulan terlena dengan pola makan suka-suka meski masih sarapan buah, mulai tersadar untuk kembali ke jalan yang benar. Sebagai persiapan program hamil dan juga sebagai penghibur hati awalnya hendak kembali FC dengan mempersiapkan segala amunisi. Namun di tengah jalan mendapat informasi dari timeline teman di fesbook tentang pola makan ketofastosis. Akhirnya bergabung di grup KF, hanya melihat, membaca dan kemudian mempelajari lalu bertanya-tanya ke senior disana. Pelan-pelan cerita ke suami tentang pola makan ini, awalnya dia langsung tak setuju. Namun hampir setiap hari berdiskusi dan saya mulai mengurangi sarapan buah dan lebih sering mengkonsumsi protein hewani sehingga otomatis tidak menyertakan karbohidrat dalam satu prosi makan. Akhirnya suami mengizinkan juga dan inilah saya setelah hampir enam bulan (awal KF 17 September 2016). Jika ada yang bilang saya kurus atau langsing itu berarti hoax ;-) saya baru berhasil menurunkan berat badan saja dan untuk lengsing saya masih brutuh proses.

Ini bukan akhir cerita, karena saya masih terus berjuang untuk konsisten dengan pilihan. Enam bulan bukan waktu yang singkat namun juga tidak lah terlalu lama. Dibandingkan pola makan yang selama ini saya terapkan sejak kecil. Sering dianggap aneh karena berbeda dan mendapat komentar macam-macam. Dari komentar postifi hingga negatif, dari yang biasa saja hingga sinis. Ada juga yang takjub karena bisa menghilangkan puluhan kilogram lemak di badan. 

Yah semua menjadi cerita dan lika-liku dalam perjuangan, bagiku ini perjuangan. Ini adalah ikhtiar untuk lebih sehat, lebih fit dan menjadi manusia yang lebih baik lagi. Ingat selalu moto nya KF “Eat to Live no Live to Eat”, mengisi perut hanya dengan 1/3 makanan dengan cara mengatur waktu 24 jam hanya menggunakan sekitar 8 jam (atau kurang) untuk mengkonsumsi makanan.

Memiliki penampilan menarik bukan tujuan utama saya dari awal, tujuan saya adalah ingin sehat, fit dan semoga di beri rezeki hamil lagi setelah sempat keguguran, memiliki anak yang sehat, kuat, cerdas dan sholih tentunya diawali dengan kondisi ibu yang mengandungnya. Dokterpun sebetulnya tidak menyarankan saya menurunkan berat badan waktu itu, namun biarlah ini menjadi bonus untuk saya yang telah berjuang bertahun-tahun membuang gaya hidup saya yang kurang baik. 

Saya jadi ingat pesan chat dari sahabat saya “Mba Lilis Sekarang merasa lebih bahagia ya, karena sudah langsing“ katanya, jawab saya “Alhamdulillah mba, baru kali ini ikhtiarnya terlihat nyata setelah bertahun-tahun :-p”, karena tidak ada yang instan walaupun perubahan drastis terlihat di 6 bulan terakhir melalui KF namun niat, keyakinan dan optimisme nya sudah dibangun tiga tahun kebelakang (bahkan sebetulnya bertahun-tahun ke belakang, hanya saja tidak saya ceritakan) ... tidak ada yang tiba-tiba dalam perjalanan hidup seseorang. Tidak ada yang sederhana karena sesederhana apapun semuanya butuh proses. Thanks to my beloved husband & my whole family. Special Thanks to my Uwais, we love you ;-*.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun