Beberapa tahun yang lalu, waktu itu saya belum menikah, teringat obrolan dengan teman sekantor. Dia bercerita tentang penghasilannya dulu sebagai pegawai bank yang jauh lebih besar, sedangkan sekarang ketika dia lolos CPNS gajinya yang baru dibayarkan 80% (sebelum jadi PNS) sangat jauh dari gajinya dulu, hampir 1/5 nya. Saya bertanya “ oh ... gitu yah, makanya isterinya di suruh kerja yah buat bantu-bantu keuangan keluarga” kata saya sambil guyonan. “eh gak gitu Bu, jangan salah saya tidak pernah merasa kurang dengan penghasilan saya, jujur pesangon saya masih cukup besar” katanya serius, “ saya menyuruh isteri bekerja pertama karena dia sarjana, sayang kan, se olah saya tidak menghargai kedua orang tuanya yang telah menyekolahkan dia tinggi-tinggi, yang kedua sebetulnya yang ikut tes CPNS itu isteri saya bu, saya cuman nemeninm. Kan dari pada bengong nugggu dia tes, toh saya juga masuk kualifikasi jadi saya juga ikut test. Eh ternyata saya yang lulus, dia enggak” saya Cuma manggut-manggut ga nyangka obrolan jadi serius.
“Dan sebetulnya siy.” Sambil agak menggeser duduknya mendekati meja saya, “alasan yang lebih penting bu, saya lebih suka isteri saya bekerja biar dia dandan, apalagi guru kan harus selalu tampil perfect. Tau sendiri murid-murid itu selalu memperhatikan guru mereka tidak hanya cara mengajar tapi juga penampilan “ lanjut nya. “ anak saya juga sudah bisa di titipkan di PAUD deket tempat isteri saya ngajar “ saya mendengarkan dengan seksama, tak menyangka guyonan saya jadi berujung curhat. “ jujur bu, kalo di rumah tuh isteri saya jarang dandan, dari pagi sampe pagi lagi cuma pake daster. Saya pulang ke rumah kadang kucel, belum mandi, jangan di harapkan wangi lah” belum sempat menanggapi dia melanjutkan curhatnya “kadang saya kan pingin di sambut isteri dengan senyum, rapi cantik. Trus tau gak bu jadinya suka ngomel karena lelah seharian mengurus rumah. Kalo ngajar kan waktunya ga mengikat trus pulang juga dia hepi gitu”. Saya Cuma bisa tersenyum, setahu saya isterinya cantik dan menarik. “dia dandan kalo mau pergi aja, kalo saya ajak keluar atau kondangan” tutupnya.
Oh ternyata, saya menjadi mengambil kesimpulan. Ternyata setiap suami ingin melihat isterinya tampil menarik di hadapannya. Sampai-sampai temen saya ini menyuruh isterinya bekerja demi melihat dia berpenampilan menarik. Obrolan beberapa tahun yang lalu itu menjadi cambuk bagi saya yang sebetulnya kalah jauh cantiknya dibandingkan isteri teman saya ini. Hanya saya yakin suami saya pun akan senang melihat saya tampil menarik, bersih, wangi di hadapannya. Tidak hanya penampilan fisik namun juga hatinya. Bukankah setiap hari dia melihat banyak wanita di luaran sana yang berpenampilan menarik dan aduhai. Memang seharusnya isteri membantu suami untuk menjaga dirinya dengan berpenampilan baik. Semampunya dan disesuaikan selera suami. Saya pernah punya pengalaman, mamaksakan diri bedakan padahal sejak gadispun jarang sekali bahkan hampir tidak pernah dandan meskipun bedakan. Niatnya membahagiakan suami eh malah ternyata suami saya tidak suka. Di lebih suka dengan yang alami, jadi saya berusaha untuk tampil bersih dan segar itu saja.
Pada akhirnya itu kembali pada selera masing-masing pasangan. Namun yang saya tahu, tampil prima di hadapan pasangan wajib hukumnya. Karena pasangan sah kita adalah yang akan menjaga kita dari pintu neraka. Sebaliknya, pasangan juga bisa menjerumuskan ke neraka apabila dia tidak bisa menjaga dirinya dan menuntut yang tidak sewajarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H