Mohon tunggu...
Ambu Kaka
Ambu Kaka Mohon Tunggu... -

Ambu itu sama dengan Bunda, Emak, Enyak, Ibu, Mama, Mami, Ummi....... Ambu Kaka, ya Emaknya Kaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jasper, Batu Merah dari Pancatengah

14 Desember 2009   01:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:57 1833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Batu merah Jasper (Inggris) atau Jaspis (Indonesia), merupakan anggota mineral keluarga kuarsa (quartz family mineral), diduga merupakan hasil dari aktifitas gunung api bawah laut pada masa jutaan tahun yang lalu Sekitar 25 hingga 30 juta tahun yang lalu, di sekitar Tasikmalaya Selatan, mulai dari Karangnunggal, Cipatujah dan Pancatengah merupakan kompleks gunung api bawah laut yang aktif. Aktifitas gunung api bawah laut tersebut memungkinkan terjadinya proses hidrotermal yang menghasilkan meineralisasi mangan di Karangnunggal dan zeolit di Cipatujah. Proses hidrotermal di laut kidul Tasikmalaya purba juga menghasilkan lapisan jasper yang kini tersingkap sebagian di Sungai Cimedang Pancatengah. Bongkahan batu merah yang oleh penggemar batu mulia sering disebut biduri ati ayam (karena warnanya mirip hati ayam) ini banyak berserakan di Sungai Cimedang dan Kampung Pasirgintung Pancatengah dapat dikatakan  merupakan satu-satunya di dunia. Berdasarkan identifikasi yang pernah dilakukan, setidaknya terdapat 120 bongkahan batu merah yang terletak di daratan sekitar Cimedang, belum lagi bongkahan batu yang terdapat di tengah sungai. Bongkahan batu tersebut ukurannya ada yang mencapai berat lebih dari 5 ton. [caption id="attachment_37724" align="alignleft" width="300" caption="Hamparan Jasper di Sungai Cimedang (foto : www.bapedakabtasik.wordpress.com)"][/caption] Keberadaan hamparan jasper di Pancatengah yang beragam warna, seperti coklat, kuning, hijau, hitam dan merah yang sangat dominan  telah menarik perhatian seorang pengusaha Jepang yang telah berhasil mengevakuasi sekitar 3000 ton batu merah dari Pasirgintung dan Cimedang. Selain itu sekitar 1500 ton dikirim ke seorang pengusaha batu mulia di Purwakarta. Hal ini tentu saja cukup mengkhawatirkan, sehingga keberadaan jasper di Cimedang teancam punah. Sebenarnya Jasper di sekitar Cimedang dan Pasirgintung dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata geopark, sekaligus untuk melindungi keberadaan Jasper Pasirgintung yang secara kuantitas dan kualitas langka sekali di dunia. Maka menjadi kewajiban Pemerintah Daerah serta masyarakat Kabupaten Tasikmalaya umumnya untuk mengelola potensi jasper Pasirgintung Pancatengah dengan bijaksana. Cobalah renungkan penggalan kinanti "Gawir Jeung Batu Beureum" karya Wahyu Wibisana di bawah ini : Nangtawing gawir Galunggung, Beureum ruhay mawa ketir, Batu rentul di Cimedang, Beureum mirah darumeling, Eta kabeh nu urang, Tawis asih ti Nu Hiji Terjemahan bebasnya : Curamnya tebing Galunggung Merah baranya membawa rasa takut Batu yang menghampar di Cimedang Merahnya berkilauan Itu semua milik kita Tanda Kasih dari Yang Esa (disarikan dari buku : MERAHNYA BATU MERAH, Taman Jasper Tasikmalaya, oleh Kelmpok Riset Cekungan Bandung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun