Ungkapan di atas sering kita dengar untuk menggambarkan seorang anak dengan prestasi luar biasa. Ungkapan tersebut muncul mungkin hasil dari menganalogikan dengan cabe rawit, yang meski ukurannya kecil namun rasa pedasnya tidak kalah dengan cabe biasa yang ukurannya jauh lebih besar.
Beberapa hari ini, cabe rawit menjadi trend topik bagi ibu-ibu di sekitar rumah saya. Bagaimana tidak, dalam beberapa hari ini harga cabe rawit melonjak ke level yang dirasakan amat musykil. Setiap harinya harga cabe rawit melesat mulai dari Rp. 30.000,- besoknya Rp. 40.000,- bahkan menembus harga Rp. 50.000,- per kilogramnya. Padahal biasanya harga cabe rawit hanya berkisar antara Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 15.000,- per kilogramnya. Paling banter, harga tertinggi yang pernah ditawarkan ada dalam kisran Rp. 20.000,-
Selain harganya yang mahal, cabe rawit juga menjadi sulit diperoleh di warung-warung bahkan di pasar-pasar. Pedagang menjadi enggan menyediakan komoditas ini karena dikhawatirkan tidak ada yang mau membelinya dengan harga yang selangit itu.
Meroketnya harga cabe rawit dipicu oleh minimnya pasokan yang diakibatkan karena cuaca yang tidak menentu serta musibah Gunung merapi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini. Permintaan yang tinggi menjelang Natal dan Tahun Baru juga turut memicu kenaikan harga.
Harga rawit yang meroket seperti itu, jelas membuat ibu-ibu agak misuh-misuh. Karena tidak bisa dipungkiri, bahwa cabe rawit sudah menjadi bagian tak terpisahkan khususnya bagi orang Sunda. Cabe rawit banyak disertakan dalam panganan atau jajanan sehari-hari. Tak afdol makan tahu Sumedang jika tidak disertai dengan menggigit cabe rawit. Bagi maniak cabe rawit, untuk satu buah tahu Sumedang bisa dimakan dengan beberapa butir cabe rawit. Begitu pula jajanan gorengan, waaahhhh...berkuranglah kenikmatannya jika tidak disertai cabe rawit.
Rasa karedok atau lotek jadi gak seru jika tidak ditambahkan beberapa cabe rawit dalam ulekan bumbunya. Rasa pedas yang menggigit dari cabe rawit akan menambah sensasi makan karedok atau lotek.
Akibat dari harga cabe rawit yang tinggi itu, teman saya sampai mengeluh saat membeli karedok. Berhubung dia termasuk maniak pedas, dia kena charge tambahan untuk karedok pesanannya. Biasanya 1 porsi cukup dihargai Rp. 5000,- saja, kali ini dia harus membayar Rp. 7.000,- untuk tambahan cabe rawitnya.
Beruntung, saya tidak terlalu maniak terhadap rasa pedas cabe rawit. Tapi walau begitu, tetap saja akan terasa kurang jika saat makan saya tidak menyertakan cabe rawit barang sebiji dua biji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H