Anak-anak perempuan hanya bisa menonton, berdiri melihat teman lelaki mereka berlari. Anak-anak perempuan -- juga beberapa anak lelaki yang tidak sempat bermain -- hanya bisa menonton. Mereka tidak bisa ke perpustakaan untuk membaca, karena tidak ada perpustakaan. Mereka tidak bisa membeli minuman untuk diteguk, karena memang tidak ada penjual. Bertanya kepada mereka 'apakah kamu tidak ke laboratorium?' adalah pertanyaan yang kejam.
Mereka hanya bisa bermain di sebuah lapangan bola kaki yang tak rata; sebuah area lapang yang memisahkan sekolah mereka dengan pemandangan indah yang membentang sampai ke ujung langit sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H